Tradisi Masyrakat di bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul fitri di Provinsi Jambi dan orang sunda
Ramadhan merupakan bulan kesembilan yang wajib dilaksankan. Biasanya bulan Ramadhan itu dilaksankan selama 29-30 hari lamanya berdasarkan pengamatan hilal dan menurut beberapa aturan yang tertera didalam hadits. Bulan ramdhan hanya ada satu kali dalam setahun, yang dimana umat muslim berlomba-lomba menunaikan ibadah pada bulan suci ini.
Uniknya disetiap daerah pasti memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan datangnya bulan suci Ramadhan, nah disini masyarakat jambi memiliki tradisi sendiri sebelum datangnya bulan Ramadhan atau 1 hari sebelum melaksankan puasa Ramadhan. Adapun tradisinya adalah
- bebantai. Tradisini ini dilaksankan di pangkalan Jambu, kabupaten merangin, jambi. Yang mana belasan kerbau terikat kuat di sebuah tonggak dari batang pinang di tengahnya. Dimana para lelaki yang bertubuh kekar dan kuat masing-masing menarik tali saat seorang pemuka adat memberi arahan. Proses penyembelihan ini dilaksankan sepekan sebelum bulan Ramadhan. Tradisi ini sudah ada turun temurun ketika bulan puasa akan tiba. Tradisi bebantai ini di hadiri oleh pemuka agama, pemuka adat dan tokoh masyarkat. Bebantai ini di alokasikan di balai atau lapangan luas. Dan pelaksanaan bebantai ini yaitu penyembelihan kerbau dengan secara bersamaan, setelah disembelih daging kerbaupun didoakan lalu di bagikan kepada masyarakat. Kerbau tersendiri di berikan secara individu di setiap keluarganya lalu di kumpulkan kepada pengurus masjid. Setelah melaksanakan bebantai dilanjutkan dengan makan Bersama.
Pemerintah memberi perintah kepada masyarkatnya untuk Memasang lampu warna-warni sebagai tanda pembeda bulan Ramadhan dengan bulan yang lainnya, yang mana masyarakat di upayakan untuk memasang lampu warna-warni itu di halaman rumahnya atau di jalan raya, bagi masyarakat yang rumahnya terletak di jalan raya, namun itu berlaku bagi rumah-rumah yang tidak di jalan raya karna, mereka juga ingin memeriahkan bulan suci Ramadhan dengan memasang lampu warna-warni tersebut
Nyandran atau Nadran tradisi ini biasa dilakukan mendekati puasa. Yang mana tradisi ini dilaksankan dengan berziarah kubur kepada sanak saudara yang sudah meninggal dunia lalu membersihkan kuburan tersebut dan diiringi dengan memanjatkan doa ampunan bagi ahli kubur.
Keramasan yang berarti mensucikan diri atau mandi besar yang disertai dengan mencuci rambut agar suci dengan sempurna, ini dilakukan sehari sebelum puasa Ramadhan dimulai. Manfaatnya yaitu menghilangkan rasa dengki dan dendam pada sesame hingga saat memasuki bulan suci Ramadhan batin nya benar benar bersih
- Berbagi makanan yang dimana masyarakat ini berbagi makanan yang dilaksankan setiap  tanggal 21, 23, 25, 27, 29 malam ramdhan atau disebut dengan malam ganjil lailatul qadr, disini para warga yang sholat tarawih di masjid maupun dimushola berbondong-bondong membawa makanan untuk di bagikan kepada jamaah solat tarawih dengan niatan merayakan malam lailatuk qadr.
- Ngabuburit yang artinya menghabiskan waktu sore atau jalan-jalan menjelang maghrib, disini para pemuda dan pemudi, orang tua dan lain-lain melaksanakan ngabuburit ketika menjelang buka puasa, ada yang berbondong-bondong mencari takjil atau pun angina hingga maghrib tiba
- Ngadulag yaitu menabuh khas dari alat music beduk dan beberapa kentungan yang biasanya ada di masjid dengan irama yang dimainkan secara kreatif. Kegiatan ini hanya boleh dilakukan ketika setelah solat tarawih atau saat membangunkan waktu sahur. Tabuhan juga turut meramaikan saat malam takbiran idul fitri
- Pawai dilakukan ketika malam takbiran yang dimana disetiap desa berlomba-lomba menghias halaman rumah dan menghias kendaraan mobil untuk berkeliling agar terlihat ramai dan Indah disertai dengan berbagai macam tabuhan dan suara takbiran, dan tak lupa dengan menghidupkan petasan, ada yang menggunakan petasan udara dan ada pula yang menggunakan petasan darat agar terlihat lebih meriah dan ramai Cukup Sekian tradisi-tradisi dari adat daerah jambi dan adat sunda ketika menjelang bulan Ramadhan, semoga bermanfaat bagi para pembaca.Terimakasih. Â Nama penulis : Ayu Hanifah Albajuri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H