Mohon tunggu...
Ayu
Ayu Mohon Tunggu... Jurnalis - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saat ini saya mengampu pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jenjang pendidikan S1, Program Studi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Menguak Kelezatan Rahasia Rendang, Resep Tradisional Minagkabau

19 Juli 2024   21:48 Diperbarui: 23 Juli 2024   08:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Putri Ayu Retno Wulandari

Salah satu makanan yang telah dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu kuliner terbaik Indonesia, memiliki sejarah dan tradisi yang kaya dari tanah Minagkabau. Berasal dari Sumatra Barat, rendang bukan sekedar hidangan, melainkan cerminan budaya dan kekayaan rasa yang dihasilkan dari perpaduan bumbu dan teknik memasak tradisional yang diwariskan secara turun temurun. Dalam upacara adat dan perayaan penting, rendang selalu hadir sebagai simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Bedasarkan penuturan salah satu warga penduduk asli Minang Dahriani yang saya wawancarai, (Senin 15/7), "rendang" sendiri berasal dari istilah "marandang," yang berarti memasak santan hingga kering. Dalam masyarakat Minang rendang juga dianggap sebagai symbol kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan karena proses masaknya yang panjang.

Kelezatan rendang dari pemilihan bahan-bahan berkualitas tinggi. Ahmat juru masak rendang di salah satu resto Padang mengatakan, "Daging sapi yang digunakan haruslah yang segar, dipadukan dengan rempah-rempah asli seperti cabai, serai, lengkuas, dan ketumbar." Santan kelapa segar juga menjadi komponen penting yang memberikan rasa gurih dan tekstur yang kaya pada rendang.

Rendang juga memiliki variasi dalam cara penyajiannya, tergantung pada daerah dan selera masing-masing. Misalnya, di beberapa daerah di Minangkabau, rendang bisa disajikan lebih basah dengan kuah santan yang masih banyak, dikenal sebagai "kalio." Variasi ini sering kali dinikmati dalam kondisi yang lebih segar dan lembut. Ada juga rendang yang dimasak lebih lama hingga benar-benar kering dan berwarna hitam, yang disebut "randang itam." Masing-masing variasi tersebut menawarkan pengalaman rasa yang unik dan berbeda.

Resep rendang tradisonal Minang, "Daging sapi bagian khas dalam potong dadu, dua buah kelapa parut, bawang merah, bawang putih, cabai merah, jahe, daun jeruk, lengkuas, junyit, kemiri, kelapa (pli), kapulaga, kembang lawing, ketumbar, dan kemiri. Bumbu di giling halus." Ungkap Dahriani.

Saat memasaknya pun berbeda dengan rendang yang sudah dimodifikasi, rendang tradisional Minang di tumis terlebih dahulu bumbu halusnya kemudian dimasukkan santan dan dimasak hingga mendidih mengeluarkan minyak kemudian masukkan daging, dimasak dengan api yang sedang. Untuk memasak rendang sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu jam setengah.

Dahriani juga berbagi pengalaman pribadinya tentang tradisi memasak rendang di keluarganya. "Di keluarga kami, memasak rendang adalah sebuah kegiatan yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Biasanya, kami memasak rendang bersama-sama saat ada acara besar atau perayaan. Semua ikut berpartisipasi, mulai dari menyiapkan bahan hingga mengaduk rendang di kuali besar. Ini adalah momen kebersamaan yang sangat kami hargai," kenangnya.

Di Indonesia sendiri, rendang telah menjadi salah satu menu andalan di berbagai rumah makan Padang yang tersebar di seluruh Nusantara. Restoran Padang tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga di mancanegara, seperti di Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa lainnya. Banyak wisatawan yang tertarik mencoba rendang setelah mendengar cerita tentang kelezatannya, dan tidak sedikit dari mereka yang kemudian jatuh cinta dengan hidangan ini.

Rendang dapat dinikmati dengan nasi putih hanhat atau ketupat dan sering kali disajikan dengan lalapan atau sambal sebagai pelengkap. Kelezatan rendang yang melegenda ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa kita lebih dekat dengan kekayaan budaya Minangkabau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun