Mohon tunggu...
Ayu Kusmiran
Ayu Kusmiran Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi masak dan cita-cita ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelidiki Peran Krisis Identitas Dalam Perilaku Negatif Remaja

11 November 2023   11:13 Diperbarui: 11 November 2023   11:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Opini

Menghadapi masalah perilaku remaja yang semakin meluas, kita saksikan berbagai kasus dari tindakan sepele hingga perilaku yang serius. Perilaku remaja yang dianggap ringan melibatkan littering, ketidakhadiran sekolah, dan membolos, sedangkan perilaku yang lebih serius mencakup penyalahgunaan narkoba, tawuran, hubungan seksual dini, penjambretan, dan tindakan kekerasan. Sebagai contoh, terdapat peningkatan sebesar 11,54% dalam kasus klitih di Yogyakarta pada tahun 2021, yang menarik perhatian karena mayoritas pelakunya adalah pelajar remaja.

Di Surabaya, terdapat kekhawatiran terkait konvoi remaja bersenjata, tawuran antar geng, dan serangan pada fasilitas umum, yang menyebabkan korban luka. Kasus-kasus ini, yang melibatkan remaja belasan tahun, menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat. Sebelum menjelajahi lebih lanjut tentang kenakalan remaja dan penyebabnya, perlu dipahami konsep remaja. Rentang usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun, dan menurut BKKBN mencakup usia 10-24 tahun. Secara psikologis, remaja mengalami perubahan fisik, hormonal, kognitif, dan sosio-emosional, seringkali disertai dengan pemberontakan dalam pencarian identitas diri.

Berbagai faktor seperti krisis identitas juga berkontribusi pada kenakalan remaja. Menurut teori Erikson, remaja dihadapkan pada tugas menciptakan identitas diri, dan krisis identitas bisa terjadi jika mereka kesulitan mengidentifikasi peran dan identitas mereka. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas dapat membawa remaja mencari pengakuan peran melalui kelompok teman sebaya, dan jika tidak seimbang, dapat menyebabkan kebingungan dan terjerumus ke dalam kenakalan remaja serta kehidupan yang tidak teratur.

Pengaruh Krisis Identitas pada Perilaku Remaja:

1. Gangguan Mental dan Emosional:

   - Krisis identitas dapat memicu kecemasan dan depresi pada remaja yang merasa kebingungan atau tertekan oleh tekanan untuk menemukan identitas mereka.

   - Kesulitan meresapi perubahan dalam diri mereka dapat membawa dampak negatif pada kesejahteraan mental.

2. Perilaku Destructif dan Konformitas:

   - Beberapa remaja mungkin mencoba menemukan identitas mereka dengan mengikuti kelompok atau perilaku yang merugikan.

   - Kesulitan merumuskan identitas sendiri dapat menyebabkan konformitas berlebihan atau keterlibatan dalam perilaku berisiko.

Dampak pada Hubungan Sosial:

1. Isolasi dan Kesulitan Berinteraksi:

   - Remaja yang mengalami krisis identitas mungkin mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya karena perasaan tidak pasti tentang siapa mereka.

   - Ini bisa mengarah pada isolasi sosial, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perkembangan sosial yang terhambat.

2. Konflik dengan Otoritas dan Keluarga:

   - Pencarian identitas seringkali melibatkan pertentangan dengan nilai-nilai yang diterima oleh keluarga atau otoritas.

   - Konflik ini dapat memicu perilaku negatif, seperti pemberontakan atau pengasingan diri.

Strategi Intervensi dan Dukungan:

1. Konseling dan Pendekatan Psikologis:

   - Layanan konseling yang mendukung remaja dalam menjelajahi dan memahami identitas mereka.

   - Strategi kognitif-perilaku dapat membantu remaja mengatasi pemikiran negatif dan mengembangkan pola pikir yang lebih positif.

2. Pendidikan dan Kesadaran:

   - Memberikan informasi tentang perkembangan identitas remaja kepada orang tua dan pendidik dapat membantu mereka mendukung proses pencarian identitas anak-anak mereka.

   - Meningkatkan kesadaran di sekolah dan masyarakat tentang pentingnya mendukung remaja dalam menghadapi krisis identitas.

Kesimpulan:

Perlu diingat bahwa krisis identitas tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi pemahaman dan dukungan yang memadai dapat membantu remaja melewati masa ini dengan lebih baik. Upaya bersama dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat memainkan peran kunci dalam membentuk identitas remaja secara positif.

Ayu kusmiran, Pendidikan Masyarakat, Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sriwijaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun