Opini
Menghadapi masalah perilaku remaja yang semakin meluas, kita saksikan berbagai kasus dari tindakan sepele hingga perilaku yang serius. Perilaku remaja yang dianggap ringan melibatkan littering, ketidakhadiran sekolah, dan membolos, sedangkan perilaku yang lebih serius mencakup penyalahgunaan narkoba, tawuran, hubungan seksual dini, penjambretan, dan tindakan kekerasan. Sebagai contoh, terdapat peningkatan sebesar 11,54% dalam kasus klitih di Yogyakarta pada tahun 2021, yang menarik perhatian karena mayoritas pelakunya adalah pelajar remaja.
Di Surabaya, terdapat kekhawatiran terkait konvoi remaja bersenjata, tawuran antar geng, dan serangan pada fasilitas umum, yang menyebabkan korban luka. Kasus-kasus ini, yang melibatkan remaja belasan tahun, menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat. Sebelum menjelajahi lebih lanjut tentang kenakalan remaja dan penyebabnya, perlu dipahami konsep remaja. Rentang usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun, dan menurut BKKBN mencakup usia 10-24 tahun. Secara psikologis, remaja mengalami perubahan fisik, hormonal, kognitif, dan sosio-emosional, seringkali disertai dengan pemberontakan dalam pencarian identitas diri.
Berbagai faktor seperti krisis identitas juga berkontribusi pada kenakalan remaja. Menurut teori Erikson, remaja dihadapkan pada tugas menciptakan identitas diri, dan krisis identitas bisa terjadi jika mereka kesulitan mengidentifikasi peran dan identitas mereka. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas dapat membawa remaja mencari pengakuan peran melalui kelompok teman sebaya, dan jika tidak seimbang, dapat menyebabkan kebingungan dan terjerumus ke dalam kenakalan remaja serta kehidupan yang tidak teratur.
Pengaruh Krisis Identitas pada Perilaku Remaja:
1. Gangguan Mental dan Emosional:
  - Krisis identitas dapat memicu kecemasan dan depresi pada remaja yang merasa kebingungan atau tertekan oleh tekanan untuk menemukan identitas mereka.
  - Kesulitan meresapi perubahan dalam diri mereka dapat membawa dampak negatif pada kesejahteraan mental.
2. Perilaku Destructif dan Konformitas:
  - Beberapa remaja mungkin mencoba menemukan identitas mereka dengan mengikuti kelompok atau perilaku yang merugikan.
  - Kesulitan merumuskan identitas sendiri dapat menyebabkan konformitas berlebihan atau keterlibatan dalam perilaku berisiko.