Mohon tunggu...
Ni Wayan Anggita Sekar Ayu
Ni Wayan Anggita Sekar Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Udayana

Will always try to improve my skill!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Berkepanjangan TPA Suwung dengan Si Merah Pelahap Sampah

27 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 27 Oktober 2023   07:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Media Indonesia/Arnold

Saat ini Indonesia diisi dengan keluhan oleh masyarakatnya terhadap panasnya cuaca yang berkepanjangan. Hal ini berujung pada suhu di beberapa daerah yang mencapai 40 derajat celcius. Banyak pertanyaan muncul, apakah Indonesia akan seterusnya bertemu dengan teriknya matahari? Nyatanya, terhitung hingga bulan Oktober 2023, Indonesia belum bertemu hujan disertai cuaca dinginnya. Teriknya matahari ternyata memberikan suatu kesengsaraan khususnya bagi masyarakat Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Bali.

Kesengsaraan masyarakat Kelurahan Serangan dilandasi oleh peristiwa terbakarnya TPA Suwung pada Kamis (12/10/2023). Awal mula diketahuinya peristiwa ini karena adanya laporan dari seorang staf TPA Suwung bernama Gede Mahardika, dalam pemaparannya dijelaskan bahwa terlihat kepulan asap hitam dari tumpukan sampah. Asap akibat kebakaran ini membumbung tinggi hingga memasuki kawasan pemukiman warga di sekitar TPA.

Dibalik kobaran api yang melahap, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran. Menurut pemaparan Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polresta Denpasar, AKP, I Ketut Sukadi pada Kamis (12/10/2023) kebakaran diduga dipicu oleh panas dari sinar matahari beserta gas metana yang berasal dari tumpukan sampah. "Penyebab kebakaran diperkirakan dari panasnya tumpukan sampah dan gas metana yang dihasilkan sehingga berpotensi mengeluarkan api," ujar Sukadi.

Sukadi menambahkan bahwa kedalaman tumpukan sampah juga menjadi pemicu terjadinya kebakaran, karena tumpukan sampah yang dalam memiliki kemungkinan lebih besar dalam menghasilkan gas metana yang berujung pada kebakaran. Suatu kebetulan yang tidak begitu menguntungkan juga bahwa beberapa hari terakhir cuaca di Bali sedang amat terik, sehingga seakan mendukung kobaran api untuk memperluas wilayah kekuasaannya.

Peristiwa ini tentunya menimbulkan kendala dan gangguan bagi masyakarat Bali, khususnya warga Kelurahan Serangan. Diawali dari asap yang mengepul lalu mulai menjajah kawasan rumah warga dan berujung pada polusi udara. Asap kebakaran yang disebabkan oleh sampah sudah pasti membawa sebuah penyakit. Jangankan kebakaran karena sampah, asap yang dihasilkan dari pembakaran daun saja sebetulnya sudah menjadi musuh sistem kekebalan tubuh manusia. Mungkin saat ini warganet sedang bertanya - tanya, apakah pemerintah setempat sudah mulai bergerak? Bagaimana langkah cepat pemerintah setempat untuk melindungi warga setempat dari paparan asap yang luar biasa gelap hingga menyebabkan kabut? Mengingat bahwa warga Kelurahan serangan juga terdiri dari anak - anak serta lansia. Pada Sabtu (14/10/2023) terjawab sudah keraguan dan kekhawatiran kita bersama karena puluhan warga yang mendiami areal sekitar TPA Suwung secara terpaksa harus mengungsi ke Kantor Lurah Serangan. Walau "terpaksa" namun setidaknya mereka tidak terpapar asap dan polusi dengan jarak yang teramat dekat. 

Namun sayangnya setelah melakukan pengungsian pun, sejumlah warga pengungsi mengeluhkan gejala batuk hingga diare. Tidak hanya itu, beberapa juga dilanda pusing hingga pilek. Menurut penuturan Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, sejauh ini belum ada pengungsi yang mengalami gangguan pernapasan seperti sesak napas. Dipaparkan juga bahwa sudah dilakukan skrining pada 25 dari 63 pengungsi. "Setelah diperiksa ada keluhan batuk, pilek, pusing, dan diare. Kemudian di hari kedua ada 16 orang dan keluhannya masih sama," sambung Candrawati, Selasa (17/10/2023).

Lalu apa yang menjadi kendala? Mengapa api masih tak kunjung padam?

Segala upaya telah dilakukan, namun hingga hari kedelapan api masih belum bisa dijinakkan seluruhnya. Kebakaran ini menyebabkan pemerintah Kota Denpasar menjadi kewalahan. Upaya pemerintah untuk mengalihkan pembuangan sampah ke TPA Temesi di Gianyar dan TPA Mandung di Tabanan sebagai alternatif malah mengalami kebakaran juga. 

"Pj Gubernur sudah bersurat kepada kabupaten lain agar bisa membantu pemerintah kota, artinya dengan Kabupaten Badung, karena di TPA Suwung yang buang sampah kami dan Badung itu kan statusnya TPA regional, itulah makanya kami berkoordinasi ke Gianyar ternyata Gianyar kebakaran ke Tabanan ternyata kebakaran," ujar Wali kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara pada Kamis (19/102023). Disamping itu, pemerintah mengalami kendala pada alat berat yang membuka jalan menuju wilayah yang memiliki kobaran api. Menurut pemaparan Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Ni made Armadi hanya 4 alat berat yang beroperasi, untuk mengolah sampah sebanyak 1.200 ton sehari. Sehingga dapat dikatakan sangat kurang efisien waktu. Tak hanya terkendala pada alat, cuaca yang amat terik juga amat menghambat penuntasan pemadaman api. 

Sembari kobaran api sedang berusaha untuk dipadamkan, wali kota Denpasar I Gusti Jaya Negara  menghimbau warga untuk tidak membawa sampah ke luar rumah sebelum kantong sampah benar - benar penuh. Walau masih ada warga yang belum paham dengan himbauan ini, Jaya Negara sangat berharap warga bisa memahami dan dapat bekerjasama dalam hal ini. "Seperti itu tetapi tetap ada mis, enggak apa intinya kita mohon dukungan semua pihak dalam rangka mengatasi masalah sampah sekarang ini yang tidak bisa dibawa ke TPA Suwung," tutur Jaya Negara. Masyarakat juga dihimbau untuk tetap menggunakan masker kemanapun berpergian agar tidak terpapar polusi secara langsung.

Dengan segala keringat dan kerja keras pemerintah Kota Denpasar, kita semua tentunya berharap api dapat segera padam secara keseluruhan. Melalui peristiwa ini, semoga dapat menjadi sebuah pengingat bagi kita gentingnya kondisi yang dihadapi bumi saat ini.

Lekaslah padam wahai merah sang pelahap sampah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun