Mohon tunggu...
kak ayu
kak ayu Mohon Tunggu... -

tkw hongkong yang ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dulu Rajin ke Makam Keramat, Sekarang Hidup Sukses Kerja di Bank Swasta

21 Mei 2013   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:14 2547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13691243352098369162

[caption id="attachment_244598" align="alignleft" width="480" caption="makam di ujung desa"][/caption] Lama tak terdengar kabarnya, tak kusangka kang Rusman kini telah jadi orang sukses. Setahuku dia hanya lulusan sma tahun 1990, setamat sma sebagai anak orang tidak mampu kang Rusman meskipun terkenal dengan kecerdasannya, tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tak ingin menjadi beban orang tua, dia bekerja jadi kuli ikut tetangganya yang jadi juragan meubel. Dia sangat menikmati pekerjaannya itu, orangnya sangat rajin dan humoris, sesekali ditengah kesibukannya bekerja dia suka menggodaku ketika aku dalam perjalanan ke pasar lewat depan toko meubel dimana rutinitas hariannya adalah mengamplas kayu. Sambil mengamplas sambil godain aku, kami dulu seperti Tom & Jerry karena aku dulu tomboy dan badung, jadi makin rame saja berbalas pantun dengan kang Rusman. Satu hal yang kuingat dari kang Rusman adalah kesukaannya pergi ke kuburan. Rumahnya memang bersebelahan dengan kuburan umum, jadi tak heran jika dia hobby bermain ke kuburan, bahkan dia suka belajar di kuburan, katanya agar lebih bisa berkonsentrasi. Dari sekian banyak kuburan ada satu yang dikeramatkan. Gak tahu itu kuburan siapa karena tak satupun masyarakat sekitar kuburan yang menganggap keramat kuburan itu. Hanya kang Rusman yang rutin pergi ke kuburan keramat itu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan berkat. Pada hari tertentu dan pasaran tertentu, ada saja orang yang mengunjungi kuburan keramat itu dan memberikan sajen. Sajen itu tidak luput dari pengawasan kang Rusman yang mengintip dari jauh. Setelah orangnya pergi dengan riang gembira kang Rusman mengambil sajen itu dan dibawa pulang. Berkat itulah yang selalu diincarnya, nasi dengan ingkung ayam seekor, urap, perkedel, tempe goreng dll. Orang tuanya masak ayam hanya ketika lebaran, tapi kang Rusman bisa pesta ayam tiap saat, makanan itu tidak dimakannya sendiri, melainkan dimakan rame-rame dengan pemuda tetangganya buat kepungan. Hanya kang Rusman yang punya nyali mengambil sajen di kuburan keramat. Puluhan tahun berlalu, kini kang Rusman telah mapan hidupnya. Adikku yang bilang kalau kang Rusman kerja di bank, bahkan adikku tadinya mengira bahwa kang Rusman hanyalah sebagai satpam atau cleaning service di salah satu bank swasta di Jakarta. Ternyata keliru, kang Rusman punya posisi dan bukan karyawan biasa. Aku tak heran mendengarnya, dugaanku itu semua karena berkah dari Allah atas kegigihannya. Dia memang orang yang sangat gigih, tekun dan rajin. Dia berasal dari keluarga yang sangat agamis. Aku tahu kalau dia orang yang sangat tekun beribadah, tauhidnya bersih, lurus jalan hidupnya dan sangat jujur. Bisa jadi dia merantau di Jakarta, bekerja sambil kuliah dan Allah memudahkan jalan rizkinya. Bukan kang Rusman namanya jika dia berubah setelah jadi orang kaya. Dia tetap bersahaja seperti dulu, penampilan ndeso dan klowornya tidak berubah meskipun dia sudah menjadi orang pangkat di Jakarta. Pulang kampung mengunjungi orang tua, sama sekali tak ada kesan mewah, masih klowor seperti dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun