Mohon tunggu...
Ayu IndahPermatasari
Ayu IndahPermatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascarjana

Mahasiswa Pascasarjana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lemahnya Kemampuan Siswa dalam Berpikir Kritis

19 Juli 2021   19:00 Diperbarui: 19 Juli 2021   19:01 7510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan berpkikir kritis telah menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam perkembangan berpikir siswa. Hal itu dapat terjadi karena kemampuan berpikir kritis siswa merupakan hal yang terpenting pada abad XXI saat ini. Pada abad XXI siswa dituntut mampu mengikuti perkembangan zaman yang sesuai dan baik bagi dirinya, salah satu mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang dengan baik.

Namun yang saat ini sering dijumpai adalah, kemampuan berpikir kritis siswa- siswi Indonesia masih terbilang rendah. Hal itu diketahui berdasarkan hasil programne for international student assessment (PISA) 2012, skor literasi Indonesia adalah 382 dengan peringkat 64 dari 65 negara. Soal yang digunakan terdiri atas 6 level (level 1 terendah dan level 6 tertinggi). Siswa di Indonesia hanya mampu menjawab pada level 1 dan level 2. Pada data PISA yang telah dipaparkan hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menjawab soal yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis masih sangat rendah.

Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa juga terjadi pada kegiatan pembelajaran beberapa sekolah di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi sebab pada sebagian pembelajaran di kelas siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru akibatnya siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru hal tersebut, menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa serta kemampuan berpikir kritis siswa juga rendah karena siswa kurang mengikuti pembelajaran dengan baik. Fakta lainnya bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah dapat terlihat dari beberapa hal yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Materi pembelajaran yang perlu dihafalkan memang terlihat siswa cukup menguasai materi yang telah diberikan oleh guru serta siswa juga bisa lancar menjelaskan materi, tetapi berbeda saat diberikan tugas kelompok untuk mengkaji materi, siswa cenderung menjelaskan kembali bukan dengan pemikirannya tetapi dengan kalimat-kalimat yang hampir sama persis dengan yang ada pada sumber buku yang mereka gunakan. Pada akhir pembelajaran siswa juga belum mampu menyimpulkan dari setiap materi pelajaran telah dipelajari. Pada saat akhir pelajaran guru mencoba bertanya tentang kesimpulan apa yang dapat diambil pada setiap materinya , siswa tidak dapat menyebutkannya dan siswa hanya bisa mengulang kembali beberapa kalimat yang berisi tentang materi baru saja diajarkan, tetapi bukan merupakan kesimpulan hanya berupa pengulangan saja. Proses pembelajaran yang demikian menunjukkan bahwa ada masalah dalam pembelajaran yang menyebabkan rendahnya berpikir kritis siswa.

Dalam bukunya yang berjudul "Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ICT" Arifin dan Setiyawan, menyatakan strategi pembelajaran aktif Active Sharing Knowledge adalah salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Dalam strategi Active Sharing Knowledge berarti saling bertukar pengetahuan. Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik, disamping untuk membentu kerja tim.

 Strategi ini dapat dilakukan pada hampir semua mata pelajaran. Keberhasilan strategi ini tergantung kerja sama tim dalam tukar pengetahuan dengan temannya. Bahan yang digunakan dalam strategi ini adalah lembar kerja siswa. Strategi Active Sharing Knowledge dirancang untuk melibatkan peserta didik secara langsung ke dalam mata pelajaran untuk membangun perhatian dan minat mereka, membangun keingin tahuan mereka dan merangsang berfikir, para peserta didik tidak dapat melakukan sesuatu jika otakotak mereka tidak hidup.

 Dengan merangsang kemampuan berpikir siswa peneliti mengharapkan mampu meningkat kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan perubahan strategi yang digunakan oleh guru saat mengajar  dapat membantu peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran disekolah maupun dalam kehidupan bersosialisasi siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun