Jelang akhir tahun, banyak keluarga yang berlibur  bersama anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Tiket pesawat dan akomodasi lainnya biasanya telah jauh hari dipesan meski mungkin ada juga yang baru membelinya. Ada yang berlibur di tempat-tempat yang terjangkau baik dalam hal jarak ataupun biaya, Ada juga yang mengunjungi keluarga di luar pulau sekaligus memanfaatkannya untuk berlibur. Tetapi bagi yang berduit, berlibur ke luar negeri adalah destinasi yang memberikan gengsi tersendiri.
Liburan akhir tahun kini menjadi sebuah trend bagi keluarga- keluarga muda. Rasanya tak lengkap menutup sejarah tahun yang akan segera berlalu, dan rasanya belum siap menyambut tahun baru yang pasti datang- tanpa melewatkan sepenggal waktu di penguujung tahun untuk berlibur.
Namun tidak demikian dengan keluarga Andra.
Dari gegap gempita suasana liburan keluarga ini, tersebutlah seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun, Andra namanya. Suatu sore sepulang mengaji dari sebuah TPA di musholla di sebuah kompleks perumahan dekat tempat tinggalnya, dia membawa kabar gembira untuk mamanya.
" Mama, kata Hajjah Imah, kita akan ada acara liburan ke Jungle. Asyiik. Kita ikut ya, Ma. Kata teman-teman, Jungle itu bagus sekali...bisa main perosoton di air, bisa main apa saja sampai puas, Ma. Jungle itu di mana sih Ma?" Cerita Andra begitu berapi-api saking semangatnya.
"Di Bogor, nak. Memang bagus." Jawab sang mama meskipun dia juga hanya tahu Jungle dari cerita-cerita. Dalam hatinya dia berharap semoga dia bisa menuruti keinginan anak semata wayangnya itu.
"Jauh ya, Ma? Tapi kita naik bis, Ma. Kata Haji Imah, buruan daftar, Ma. Teman-teman Andra pada ikut semua." Rajuk Andra.
"Oh ya, begitu ya kata Hajjah Imah.. Tapi kita kan harus bicara dengan papa dulu, sayang. Nanti malam mama akan bicara ke papa kalau papa pulang kerja, ya. Sekarang Andra makan dulu ya, Nak. Nih mama sudah buatkan nasi goreng telur kesukaanmu." Jawab mama Andra dengan penuh kasih. Mata Andra pun bersinar kegirangan begitu melihat nasi goreng telur hangat sudah terhidang di meja untuknya. Diciumnya pipi mamanya lalu dengan sigap dia menuju meja makan.
Papa Andra biasa sampai di rumah pukul sembilan malam. Itu pun bila tak ada gangguan dengan kereta Commuter Jabodetabek yang setiap hari dinaikinya dengan rute Depok Baru - Jakarta Kota, pulang pergi. Papa Andra meninggalkan rumah pukul 5;15 seusai sholat Subuh dan sarapan seadanya. Dan telah beberapa bulan ini dia pulang malam untuk mencari tambahan dengan kerja lembur. Praktis Andra hanya bertemu Papanya di hari Minggu saja.
Seperti biasa malam itu Andra telah terlelap tidur ketika Papanya pulang. Tetapi untunglah esoknya hari Minggu, hari istimewa Andra bersama Papanya, begitu Andra selalu mengatakan pada teman-temannya.
"Pa, " Mama Andra hendak memulai perbincangan tentang cerita Andra sore tadi. Seusai makan malam yang hampir pukul sepuluh itu, mereka biasa bersantai sejenak di depan sebuah TV tabung kecil di ruang tamu sempit yang sekaligus menjadi ruang makan keluarga.
Keluarga Andra adalah perantau dari sebuah dusun kecil di Palembang. Papa Andra bertekat mengajak anak isterinya hijrah ke Jakarta karena merasa kehidupan di kampung sebagai buruh di ladang sawit tidak banyak menjanjikan untuk pendidikan yang baik bagi Andra. Dia pun menerima tawaran teman sekampungnya untuk bekerja menjadi seorang satpam di sebuah perusahan kecil di bilangan Mangga Dua, Jakarta. Dia mengontrak sebuah rumah petak di Depok agar bisa tinggal dekat dengan teman sekampungnya. Di kontrakannya yang Rp 350 ribu per bulan itu, mama Andra bisa bekerja sebagai pembantu paruh waktu di sebuah perumahan dekat kontrakan mereka.
" Bagaimana Andra hari ini? Dia tidak banyak main, kan? " Tanya Papa Andra begitu istrinya terdiam agak lama.
"Tidak, seperti biasa saja. Dia cuma main bola sebentar di lapangan perumahan. Lalu tidur siang dan ngaji seperti biasa. " Jawab Mama Andra sambil mulai memijit-mijit punggung Papa Andra.
"Tapi dia tadi cerita..."
"Cerita apa?" Sahut Papa Andra.
"Tempat ngajinya mengajak liburan ke Jungle di akhir tahun ini." Terdengar helaan nafas panjang Papa Andra begitu mendengar ini.
"Terus mama bilang apa ke Andra?" Tanya Papa Andra tanpa membalikkan badannya.
"Ya mama bilang, tunggu mama harus bicara dengan papa dulu."
"Andra selama ini selalu mengerti keadaan orang tuanya. Anak kita itu punya pikiran yang jauh lebih matang dari anak lain seusianya. Dia pasti mengerti kalau kita bilang kenapa kita tak akan bisa ikut ke Jungle." Papa Andra duduk dan menyeruput teh hangatnya.
"Tetapi kita sudah terlalu sering menolak keinginannya, Pa." Mama Andra mulai berkaca-kaca matanya.
"Ma, keadaan kita memang belum memungkinkan untuk selalu mengabulkan keinginannya. Lagi pula kalau pergi ke Jungle ini kita turuti, dari mana kita dapat uangnya? Biaya masuk berapa, belum makan dan minum di dalam. Itu tempat wisata mahal, Ma." Kata Papa Angga.
"Mama bisa hutang di Bu Mamik. 500 ribu cukup kan, Pa untuk aku dan Andra." Mama Andra mencoba menawarkan jalan keluar.
"Ma, aku tidak mau hutang untuk hal-hal seperti ini. Begini saja. Andra kan belum pernah ke Kebun Binatang, nah pada saat teman-temannya pergi ke Jungle, kita ajak Andra ke Ragunan. Dia pasti senang. Dan kita tak perlu hutang karena aku sudah hitung untuk jalan-jalan ke Ragunan kita bertiga tak akan sampai menghabiskan 200 ribu." Papar Papa Andra dengan semangat.
"Kalau begitu Papa yang bicara dengan Andra," Mama Andra sedikit terisak, namun kali ini ada sinar kebahagiaan di antara air mata yang menggenangi pelupul matanya.
"Ya kan selama ini selalu begitu. Karena Mama sudah mewek duluan sebelum ngomong ke Andra. Percayalah, anak kita itu sangat mengerti keadaan orang tuanya. Kalau dia bilang ingin ikut ke Jungle, itu karena dia pasti tidak tahu berapa uang yang kita butuhkan untuk bisa kesana. " Kata Papa Andra, bangga atas anaknya.
Pagi pun tiba. Andra bangun lebih pagi dari biasanya.
"Pa...Ma...Andra mimpi main perosotan tinggi sekali, terus Andra terjun ke air." Andra menceritakan mimpinya. Mama Andra yang sedang mengupas bawang sejenak terkesima mendengar cerita mimpi anaknya.
"Jungle seperti itu ya, Ma. Seperti di mimpi Andra?" Mama Andra melayangkan pandang ke Papa Andra yang sedang menyimak berita pagi di TV kecilnya.
"Andra....sini, nak," Panggil Papa Andra. Andra pun duduk di pangkuan Papanya.
"Mimpi apa sih, seru banget..." Goda Papa Andra.
"Andra mimpi naik prosotan tinggiii banget, Pa. Terus pas turun jatuh di air. " Cerita Angga sambil menngerakkan tangannya untuk lebih memperjelas betapa seru mimpinya.
"Mama sudah cerita kan, Pa?" Andra menatap Papanya.
"Cerita apa ya....oh soal liburan ke Jungle dengan teman-teman pengajian Andra itu? Sudah, Mama sudah cerita." Jawab Papa Andra sambil membelai rambut anaknya.
"Tapi Mama lupa bilang pada Andra..." Lanjutnya.
"Lupa apa, Pa?" Andra tak sabar.
"Kalau Papa punya rencana mau ajak Andra lihat bermacam-macam binatang di liburan ini".
"Maksud Papa ke Kebun Binatang, Pa?" Andra langsung menyahut.
"Ya, anak pintar....ya masak ke pasar. Mana ada harimau dan gajah di pasar...."
"Ha..ha...ada juga ayam doang ya, Pa.." Andra tertawa lucu. "Oh ya....kita akan ke kebun binatang? Bener, Pa?"
"Ya iyalah, masa Papa bohong. "
"Asyiiik, Mama kita akan ke kebun binatang, Ma...." Teriak Andra ke Mamanya.
"Ya, nak. Kemarin mama lupa bilang." Mama Andra
"Horeee..." Andra bersorak girang.
"Tapi, Pa harinya jangan bareng dengan kita pergi ke Jungle ya..." Papa dan Mamnya saling memandang. Lalu Papanya tersenyum sambil berkata dengan tenang.
"Memang ke Junglenya kapan? Soalnya kalau ke Ragunannya pas hari kerja Papa harus minta ijin ke Bos Papa. Begini saja, biar Mama yang cari tahu kapan ke Junglenya, baru setelah itu kita tentukan kapan ke Ragunannya." Papa Andra mengedipkan mata ke arah istrinya.
"Beres, Mama akan ke Hajjah Imah deh..." Mama Andra mengiyakan omongan Papanya.
"Asyiik, makasih Pa, makasih, Ma." Andra nampak sangat bahagia.
"Tapi ada satu hal yang Papa minta Andra mengerti."
"Apa, Pa?"
"Kalau nanti ternyata ke Ragunannya harinya sama dengan hari ke Jungle, sebagai presiden Papa yang akan memilih ke Jungle atau ke Ragunan. Kalian rakyat harus menurut apa kata presiden, ok?"
"Ha..ha....." Andra dan mamanya tertawa berbarengan.
"Siap, Bapak Presiden." Jawab Andra sambil meletakkan tangan di depan dahinya layaknya memberi hormat.
Denikian secuil kisah Andra, seorang anak biasa yang mempunyai kebutuhan yang sama seperti anak-anak lainnya; jalan-jalan. Hanya saja, Andra dan juga mungkin banyak  anak-anak lain yang keadaan orang tuanya hanya mampu untuk membawa mereka pergi ke tempat-tempat yang murah meriah. Bagi seorang anak, itu sudah merupakan sebuah hadiah istimewa.  Untungnya Andra adalah seorang anak yang biasa dididik untuk memahami bagaimana keadaan orang tuanya yang sesungguhnya dengan cara yang penuh cinta kasih. Seringkali keinginannya tidak terpenuhi, namun Andra sangat yakin bahwa Papa dan Mamanya sangat mencintainya.
-Diangkat dari sebuah kisah nyata "Keluarga kecil seorang pembantu rumah tangga"
AYU- Jakarta, 28 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H