Misalnya, suatu hari kami memutuskan sepulang kuliah jalan-jalan sore ke sebuah mall meski tak banyak uang di kantong kami. Bukan muter-muter tanpa tujuan, karena tujuan kami adalah melepaskan penat dan lelah.
Cukup lama kami mengitari lantai dua yang kebanyakan menyediakan baju wanita dan anak-anak. Aku dan Julia lanjut menaiki tangga berjalan dan memasuki toko sepatu yang pada hari itu menawarkan diskon besar.
Aku melihat mata Julia tiba-tiba terpaku pada sepasang sepatu abu-abu dengan dua garis oranye di sisi luarnya. Dia tidak menyentuhnya dengan tangan tetapi wajahnya menekuri setiap detil yang ada.
"Kenapa? Suka dengan sepatu itu?" akhirnya aku bertanya dan menurunkannya dari rak kaca.
Aku menimang-nimang sepatu berukuran empat puluh dua itu dan merasakan kualitas dari bobotnya.
"Sepatu ini memang keren!" aku menyodorkan kepada Julia tapi dia bergeming.
"Lupakan saja. Sepatu ini tidak termasuk dalam diskon!"
Aku mengamati merk dan prize-nya. Wow, mataku terbelalak.
"Kita pergi saja."
Aku pun meninggalkan sepatu itu di tempatnya dan berjalan mengikuti kemana Julia melangkah.
Ke sebuah kafetaria di lantai empat. Ini lebih cocok untuk kami. Perut lapar dan perasaan haus tidak akan membuat pikiran rasional. Jadi jangan belanja kalau kau belum menikmati secangkir kopi tanpa krimer dan corndog cokelat yang lembut.