Sampai suatu hari mama diberhentikan dari tempatnya bekerja. Saat itu aku mulai batuk dan demam tinggi. Mama membawaku ke rumah sakit dan memelukku sepanjang malam di sana.
Aku tahu mama begitu sayang padaku, tetapi beban permasalahannya membuat dia jauh dariku. Kami bisa sama-sama duduk di meja makan namun mama hanya membisu.
Suatu hari mama memberitahu kalau dia akan bekerja malam. Aku harus tidur dan mengunci semua pintu. Betapa menakutkan berada sendirian di rumah terlebih saat hujan turun dan mataku sulit dipejamkan.
Beberapa bulan berlalu. Mama sedikit lebih bersemangat dan tak pernah lagi menunjukkan sikap yang dingin.
Tetapi aku mendengar gosip di luar yang bernada kurang enak. Mama akan menikah dengan pria muda yang pantas menjadi kakakku!
*
"Hai, apa kau melamun?" kau meletakkan secangkir cokelat panas dan sebuah buku di depanku.
"Aku akan meninggalkanmu di rumah karena harus membeli beberapa keperluan. Jangan pergi keluar sampai aku kembali, mengerti?"
Aku mengangguk ragu dan hampir menahanmu. Tapi akhirnya aku membiarkan kau berlalu dan menutup pintu.
Kau adalah pria muda baik hati. Tetapi Sharah tega memarahimu karena membiarkannya menunggu lama saat itu.Â
Sebenarnya hubungan kalian sudah hampir tujuh bulan terputus karena dia memilih pria lain. Sharah ingin kembali kepadamu dan kau setuju karena rasa sayang yang tidak mudah hilang begitu saja.