Namaku Suzan, gadis yang kau temukan tegeletak di hamparan salju dalam keadaan tak sadarkan diri.
Sebenarnya saat itu kau sangat terburu-buru karena kereta akan tiba tiga puluh menit lagi. Kau juga sudah mempersiapkan seikat bunga untuk seseorang yang menuggumu di kafe di Rosenheim.Â
Tiba-tiba langkahmu terhenti. Kau tak percaya dengan apa yang kau lihat.
Kau memperhatikan kiri dan kanan. Tidak seorang pun di sana. Kau memutuskan untuk menolong gadis itu, dan menunda pertemuanmu dengan Sharah.Â
Tak ada pria yang benar-benar baik sampai dia mau berhenti untuk menolong orang lain yang tidak dikenalnya.
Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu, meski sebenarnya aku tidak ingin hidup lagi.Â
Akhir-akhir ini semua terasa kacau dan juga hampa. Seharusnya aku menerima cinta dari mereka, namun papa dan mama telah memutuskan untuk berpisah.Â
Aku tak mengerti mengapa orang dewasa masih suka bertengkar dan meski malam hari. Apakah menjadi pasangan seperti mereka sedemikian sulit hingga papa dan mama harus mengambil keputusan seperti ini?
Lalu setiap pagi mama keluar rumah untuk bekerja mencari nafkah. Malam hari saat mama kembali, wajahnya terlihat begitu lelah.Â
Lumayan banyak makanan yang mama bawa. Mama menyuruhku menghabiskan roti dengan selai kacang karena besok pagi masih ada sosis yang bisa kunikmati sebelum berangkat sekolah.
Saat itu mama mulai sedikit bicara kecuali untuk hal yang benar-benar penting saja. Mama juga mulai jarang senyum meski aku merindukan mama seharian.