Bayangan matahari sore terlihat memanjang. Hening, tak ada suara tabuhan yang dulu membawaku menari. Sepi, seakan orang-orang ikut mati.Â
Aku membeku dalam kursi baru. Bagaimana kau bisa tega meninggalkanku dalam situasi seburuk ini? Bahkan kopimu belum habis kau minum.
Akhir-akhir ini kau hanya menatap kosong. Sedikit bicara dan enggan menatapku. Di matamu aku baru saja berbuat kesalahan yang tidak kau sukai.
Kau tidak mengerti, akupun tidak menghendaki ini terjadi. Tetapi kita tidak bisa melawannya, bukan?
Air mataku tiba-tiba mengalir, seiring senja mulai jatuh di atap-atap rumah.
Dari luar jendela, kehampaan menawariku rasa putus asa. Sebentar lagi malam akan datang, dan ini akan jadi malam pertama hidupku menjadi tak sempurna tanpa orang yang kucintai.Â
"Aku tidak bisa terus bersamamu, aku akan pergi!"
Bagai disambar petir, darahku seakan terhenti seketika. Kilat di matamu menunjukkan kekecewaan yang dalam.
Kau membawa pakaianmu, tak peduli apa yang akan terjadi denganku selanjutnya. Hidup ataukah mati, sepertinya bukan menjadi urusanmu lagi.
*