"Aku pernah bekerja membantu para peneliti tanaman, sebelum aku menikah dengan adikmu."
Tentu saja. Aiseta adalah pasangan terbaik untuk Sion. Aku pernah beberapa kali mendengarnya memuji-muji wanita itu. Dia sangat telaten mengurus rumah tangga mereka, masakannya sangat enak, dan juga sangat manja saat mereka hanya berdua.
Sion, seandainya kau masih ada, kegelisahan ini tak akan pernah ada. Aiseta akan menjadi milikmu selamanya, dan mungkin akan melahirkan beberapa anak lagi.
Tapi aku tak boleh menyerah. Kehidupan ini sudah digariskan dan harus dijalani dengan baik. Aku hanya harus belajar menghargai dan mencintai Aiseta. Lalu semuanya akan berjalan normal.
"Silahkan minum teh ini," katanya saat kami beristirahat.
Aku dapat melihat setitik kebahagiaan dari matanya. Kira-kira apa itu? Apakah bunga-bunga musim panas telah menghangatinya? Bagaimana kalau aku memetiknya dan menyelipkan di rambutnya. Begitu kan, adegan yang biasa kubuat dalam novel?
"Boleh aku meminta sesuatu?"
Aku terhenyak, tapi bukan karena perkataannya. Karena Aiseta sudah merebahkan kepalanya di bahu kananku.
"Sepertinya ini permintaan yang sulit. Apakah aku bisa mengabulkannya?" lagi-lagi aku mengeluarkan candaan yang kaku. Sebenarya aku hanya harus bilang, tentu. Dasar bodoh!
"Aku ingin makan daging iga bakar bersama suamiku..."
Apa? Hanya itu?