Dia adalah gadis yang menarik perhatianmu akhir-akhir ini. Kamu menemukannya belum lama ini, pada sebuah buku dalam kotak kado ulang tahunmu. Saat kamu membaca kartu nama di sana, kamu langsung tersenyum. "Selamat ulang tahun, putri mama tercinta."
Begitulah. Pada setiap malam sesudah mengerjakan PR, kamu meraihnya dari rak buku, membawanya ke atas tempat tidur, lalu mulai membacanya sambil mengulum cokelat pemberian sahabatmu.
Ketika kamu membacanya, imajinasimu seperti terseret ke dalam dunia fantasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Windu, nama gadis itu. Kamu bertemu dengannya pertama kali di suatu hamparan rumput yang ditumbuhi bunga-bunga liar.Â
Di kota megapolitan, kamu belum pernah melihat kupu-kupu secara nyata. Tetapi di tempat itu, kamu menyaksikan kupu-kupu beterbangan dengan riangnya.
Ternyata gadis bernama Windu itu, seusia denganmu, namun dia sama sekali tidak mengenal apa itu sekolah.Â
Ketika kamu mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasmu, dia juga merasa sangat asing. Sungguh mengherankan, ternyata dia sama sekali tak tahu caranya membaca.
Namun, Windu adalah gadis baik dan cantik. Itulah sebabnya kamu suka berada bersamanya sepanjang hari. Kamu berjanji di dalam hati, akan membantunya tentang ini.
Kamu lalu mengajaknya beristirahat di bawah pohon Angsana, lalu mulai mengajarinya membaca sedikit demi sedikit tulisan yang ada di bukumu.Â
Windu tampak antusias. Dia mengikuti bagaimana kamu menyebutkan huruf-huruf itu. Satu demi satu huruf afpabet dihafalnya dengan cepat.Â
Di kesempatan lainnya, kamu dan Windu kembali mempelajari bagaimana merangkai huruf menjadi suku kata. Kamu hampir tak percaya ternyata persahabatan bisa semenarik ini.Â
Meski begitu, ternyata Windu tidak sepolos yang kamu pikirkan. Persahabatan dengannya mengajarkan hal yang tidak kamu sadari selama ini.
Mulanya kamu terpesona akan keindahan desa tempat Windu tinggal. Dan membayangkan betapa beruntungnya orang-orang yang hidup di sana. Mereka dapat menikmati udara sejuk dan kicauan burung setiap saat.Â
Sementara di kota, para penduduk harus terpapar polusi dan emisi lainnya. Pada siang hari, jalan-jalan kota seperti terpanggang. Sementara pada malam hari, udara terasa pengap dan menyebabkan susah tidur.
Mendengar itu, dia memandangmu dengan tatapan nelangsa. Wajahnya seakan bertanya, bagaimana penduduk kota bisa bertahan dengan keadaan seperti itu?
Desa itu berada di antara lembah dan danau yang biru. Tumbuhan dan hewan yang kamu jumpai, memang tampak sangat lestari.
Di sekolah, sebenarnya kamu tidak begitu berminat ketika Bu Ani menerangkan materi pelajaran Biologi. Kamu lebih menyukai jam pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, atau Matematika.
"Alam yang indah, butuh dirawat dan dijaga. Kalau tidak, dia akan kering dan mati," kata gadis itu.
"Ini seperti timbal balik?"Â
Gadis itu mengangguk. "Jika sebagian dari tumbuhan atau hewan itu punah, maka yang lainnya akan merana..."
"Sungguh?"
"Ya. Sekelompok orang telah merusaknya. Burung-burung menjadi tidak tenang membuat sarangnya," kata gadis itu lagi.
Kali ini wajahmu yang tampak nelangsa.
Seekor belalang melompat ke atas daun. Dia butuh tempat untuk menyembunyikan telur-telurnya. Juga makanan. Bagaimana kalau hamparan rumput ini sampai hilang?
Kamu lalu melihat ke bukit sebelah sana. Tidak seluruhnya berwarna hijau. Hutan kayu itu mulai lenyap. Di kejauhan, terlihat tanah kering itu lebih mirip kulit kentang.
Kamu dan gadis itu lalu menyusuri jalan setapak. Angin semilir menerbangkan kekacauan dalam hati.Â
"Danau biru yang sangat indah!" katamu takjub. Semangatmu timbul lagi.
Gadis bernama Windu itu tersenyum. Dia mencelupkan tangannya ke dalam air, seperti mencari-cari sesuatu.Â
"Ini anak kura-kura. Kau pernah melihatnya?"
"Hmm, ya. Di kebun binatang. Tapi tidak seimut ini.Â
Boleh kupegang?"
Kamu lalu menimang anak kura-kura itu. Kamu tertawa-tawa, gembira bercampur senang.Â
Ini pengalaman luar biasa. Ternyata bersentuhan dengan alam, sangat mendamaikan perasaan.Â
Kamu menjadi paham, mereka butuh alam untuk kehidupannya. Sama seperti kamu, kak Nayla, mama, dan papa.
Kamu juga melihat ikan-ikan berenang di hampir di permukaan danau. Ini berbeda dengan saat kamu melihatnya di aquarium di rumahmu.
Di sini, ikan-ikan bergerak lebih gesit, karena mereka berburu makanannya. Tidak menunggu jam tertentu saat makanan dilemparkan ke tengah kolam.Â
Kamu memperhatikan, sisik di tubuh ikan-ikan itu jauh lebih memantulkan cahaya. Mereka tampak lebih bergairah hidup di habitat aslinya. Sekarang kamu paham semuanya.
*
Dia adalah gadis yang menarik perhatianmu akhir-akhir ini. Kamu menemukannya belum lama ini, pada sebuah buku dalam kotak kado ulang tahunmu.
Saat kamu bangun dan membuka mata, kamu mendapati kamar tidur yang nyaman dengan segala fasilitasnya.
Ada banyak kado ulang tahun yang belum dibuka, tersusun di atas meja besar dekat jendela.Â
Kamu segera menyiapkan diri untuk ke sekolah. Mulai hari ini, kamu berjanji dalam hati akan menyimak pelajaran dari Bu Ani, baik-baik.Â
Dan setelah pulang sekolah nanti, kamu akan menemui sahabat barumu, seorang gadis bernama Windu. Kamu menjadi tidak sabar ingin berbagi cerita dan menikmati petualangan bersamanya.
***
Kota Kayu, 18 November 2022
Cerpen Ayra AmirahÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H