Alasan lain, penulis dapat mengaktualisasi idenya ke dalam dimensi yang berbeda. kondisi geografis, budaya, bahkan fakta menarik lainnya yang terjadi di negara lain.Â
Mungkin kamu akan berpikir, menulis cerpen biasa saja sudah memerlukan skill tertentu yang tidak dikuasai semua orang, apalagi menulis dengan gaya terjemahan yaa...hehehe
Setiap penulis cerita, pasti memiliki keunikan dalam menyampaikan ide ataupun kritik sosialnya melalui cerpen.
Di luar gaya terjemahan, ada pula gaya roman, dimana penulis banyak menggunakan kata kiasan sehingga dia dinilai puitis. Namun ada pula penulis yang memenuhi karyanya dengan kata-kata kasar dan emosional.
Sebenarnya, adakah sisi baik menulis cerita dengan gaya terjemahan?
Tentu saja ada.Â
Pertama, penulis merasa tertantang untuk menyuguhkan bacaan dengan selera dia, tetapi juga disukai pembacanya.Â
Tantangan seperti ini akan mendorong penulisnya berkembang. Dengan kata lain, dia semakin kreatif menggali potensi dirinya. Sebuah cerita yang dangkal, mudah sekali menimbulkan rasa bosan, bahkan pada beberapa paragraf awal.
Kedua, penulis dapat menarik pembaca ke dalam cerita tanpa terkesan memaksa. Perasaan empati mudah diberikan melalui deskripsi di dalamnya, bukan melalui tanda baca atau diksi yang kasar.Â
Ketiga, lebih ekslusif sebab nuansa cerita di dalamnya tidak mudah diraba pembaca. Hal ini dapat dipahami karena nilai budaya setiap bangsa tidak sama dan memiliki kekhasannya sendiri.
Keempat, pesan yang diinginkan penulis tidak terkesan menggurui. Pembaca akan membuat sendiri simpulannya, tanpa perlu merasa disindir dan sebagainya.
Kelima, mengandung unsur humor meski sebenarnya tidak dikemas demikian. Saya kira inilah alasan mengapa cerita terjemahan tidak mudah dilupakan pembacanya walau bertahun-tahun kemudian.