Mungkin semua orang bisa belajar dari apapun yang dia temui. Mungkin juga dia tidak perlu belajar semua itu karena hidupnya berjalan begitu sederhana.Â
Kubaca berulang-ulang tulisanku.Â
Aku sengaja tidak menyimpannya dalam buku harian, hanya bagian paling belakang buku bersampul hijau tua untuk menulis berbagai tugas serta jadwal lainnya.
Bulan mendatang, aku akan meninggalkan Angers, salah satu pusat intelektual Paris dengan dua kampus kerennya.
Entah apa rasanya jika aku sudah jauh dari sini. Bahkan aku yakin akan merindukan nyonya Elaine juga. Dia adalah pemilik kios penyewaan 'Buku-buku Bodoh' yang pernah kuceritakan.
*
Kalian tahu, terakhir aku menemui wanita itu, saat dia merayakan hari ulang tahunnya. Kupikir dia mengadakan sebuah pesta dengan kue musim panas seperti yang lainnya.Â
Ternyata sama sekali bukan. Selain aku, hanya ada kekasihnya yang bernama Bean, dan kucing-kucing yang selalu datang pada jam mereka lapar.
Jangan bayangkan Tuan Bean adalah pria penuh wibawa dan sukses. Dia sama konyolnya dengan nyonya Elaine. Tapi mereka tampak bahagia dan cocok.
Kehidupan nyonya Elaine banyak menarik perhatianku, meski belum tentu bagi orang lain.Â
Lihat saja wajahnya yang sering dihiasi senyum jenaka, meski kesan orang yang pertama kali melihatnya, mungkin lebih tentang bagaimana dia berpakaian.