Suatu siang aku berkhayal. Seandainya namamu ditulis di medsos, beserta cerita bagaimana kamu meninggalkan istri tercinta demi wanita lain, apa kamu akan mencariku?
Sekarang aku bertugas jauh di luar Jakarta. Mustahil kita bisa kopi darat dan kamu meninju mukaku. Sebagai gantinya kamu akan mengirimkan inbox, dirrect message, atau bahkan mencari alamat emailku.Â
Tapi tidak penting untuk menyindirmu di medsos. Dan sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan masalah rumah tangga orang lain.Â
Setiap pasangan pasti akan melewati takdir pernikahannya, bahagia ataupun menderita. Termasuk apa yang menimpamu saat ini. Jadi aku tidak perlu berandai-andai, sebenarnya.
Tapi yang mengusikku adalah acara ngopi kita sore itu.Â
Kamu ingat, kita duduk berhadapan di sisi dinding kaca sebuah kafe sambil memandang hujan di luar. Tapi perhatianmu cepat teralih pada vokal wanita cantik dengan sackdress hitam dan rambut pendek.
"Suaranya seksi,"Â katamu.Â
Aku sebenarnya sependapat, apalagi lagu yang dinyanyikan sangat dijiwai olehnya. Kisah tentang patah hati. Lalu kamu ingin tahu apakah ini pengalaman pribadi sang biduan?
Minggu-minggu berikutnya kamu pun mulai mendekati wanita itu, tanpa canggung apalagi malu. Namanya Tata, wanita tomboy nan elegan, ceritamu.Â
Menurutmu Tata punya jiwa yang tangguh, terlihat dari bentuk rahang dan juga ruas tulang bahunya. Beda jauh dengan Lusi, istrimu. Yang katamu manja, tidak pandai membantu keuangan suami, apalah, apalah.