Di lain sisi, dia berusaha merawat mama sekuat tenaga, meski dia sendiri tak benar-benar sehat. Kepalanya sering pusing, perasaannya mual, dan seluruh tubuhnya lemas. Mama tahu apa yang menimpa putrinya.
*
Dia masih terlalu muda, ketika mama menutup mata selama-lamanya. Tangisnya luruh tak terhenti, dan wajahnya bertambah pasi. Dia pun pingsan berkali-kali.
Pemuda itu sudah lama tak mempedulikannya. Sepertinya mereka telah saling melupakan karena sebuah pertengkaran kecil waktu itu.
Tiba-tiba dalam kesendiriannya, dia teringat sebuah janji.Â
Pemuda itu sanggup menembus gelap malam untuk menemaninya. Pemuda itu juga berjanji akan setia berjalan di sisinya membawa sebatang lilin untuk meneranginya.Â
Tapi lihat sekarang. Dia telah benar-benar sendiri, sejak mama pergi ke haribaan Sang Kuasa. Pemuda itu seperti hilang ditelan bumi.
Dia memandangi gundukan tanah merah di depannya. Ada wangi bunga kamboja yang menguar ke hidungnya.Â
"Mama...Â
Tolong maafkan anakmu ini," dia terisak, Â menangis, dan menunduk dalam-dalam.
Angin terdiam, hening.