Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penari yang Tak Ingin Menari Lagi

3 Juni 2022   15:37 Diperbarui: 3 Juni 2022   15:51 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: ep00.epimg.net/Pinterest

Aku bertemu Om Daniel secara kebetulan. Dia menawari pekerjaan bagus dan memberi sejumlah uang. Sebagian kugunakan untuk mencari kontrakan. Selebihnya untuk makan. 

Kurasa ini adalah buah dari doa mama setiap malam. Aku senang sekali. Setidaknya aku tidak menjadi gelandangan, tapi menjadi penari!

Ya. Aku dimasukkan Om Daniel ke sebuah grup tari. Menurutnya aku berbakat dan akan segera bersinar seperti bintang.

Aku dilatih siang dan malam, sampai remuk rasanya tulang-tulang. Dan memang, hanya dalam hitungan minggu Om Daniel mempercayakanku tampil di atas panggung. 

Aku bisa merasakan orang-orang lama dalam grup ini merasa tidak suka dengan kehadiranku. Apalagi aku berbeda dari mereka. Aku eksotis.

Aku mencoba tenang. Menjadi anak bawang pastilah tidak nyaman. Penuh nyinyir dan tatapan sinis dari orang satu sanggar. Kalau bisa mereka ingin melenyapkan keberadaanku dengan cara apapun.

Tapi itu dulu. Waktu telah membalik keadaan seratus delapan puluh derajat. Mereka berubah menjadi penuh kekeluargaan dan sayang padaku, entah bagaimana bisa.

Saat satu demi satu mereka pamit, aku masih bertahan dalam pekerjaan ini. Ada yang menikah dengan kekasihnya, ada yang pulang kampung untuk merawat orang tua sakit, ada pula yang bunuh diri.

Akhirnya aku menjadi "mama" dari anak-anak baru. Selain karena paling senior, aku juga menjadi yang paling tua di antara mereka. Tiga puluh lima tahun bukanlah usia keemasan seorang penari, bukan? Meski sejujurnya aku merasa dibuat jauh lebih tua oleh gadis-gadis itu jadinya.

Tetapi tunggu. Bukankah panggilan ini pula yang kunantikan sejak dulu?Bagaimanapun juga seorang wanita ingin menjadi mama dan punya anak. Seperti adik-adikku, dan sahabat yang sudah resign lebih dulu.

Tahun lalu, aku dikenalkan pada Kris, tepat dalam perayaan sembilan belas tahun aku bergabung sebagai penari. Dia adalah seorang pemilik bar yang manis. Dia selalu bersikap lembut dan sopan. Siapa sangka kami ternyata sekampung. Rumah orang tua kami ternyata hanya berjarak beberapa kilometer. Wow!

Kris sering menghadiri acara dimana aku dan yang lainnya diminta tampil. Setelah itu dia akan mengajakku makan dan mengantar pulang. Kami memang cepat menjadi akrab dan dekat. Kris ternyata pria yang romantis. Aku merasa terbang ke angkasa saat bersamanya. Sulit kujelaskan mengapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun