Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Farah, si Gadis Pencinta Api

12 Februari 2022   16:27 Diperbarui: 12 Februari 2022   16:51 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Farah, si Gadis Pencinta Api| foto: goodphiling.com

Keira mendengus dan berlalu. Farah menikmati gaya wanita itu berjalan. 

Gadis itu memang mengagumi kecantikan ibu sambungnya. Sejak peristiwa kebakaran yang menewaskan ibunya sendiri, Farah kerap merasa kesepian. Tidak jarang kenangan getir ini menghempasnya dalam ketakutan.

Sebenarnya Farah sering mendengar bahwa ibunya berselingkuh dengan laki-laki lain. Bahkan bibinya melihat sendiri laki-laki itu keluar dari kamar ayahnya. 

Demi menjaga kenyamanan ayah Farah saat mengurus pekerjaan di luar kota, Bibi Lin rela menutup mulut. Justru tak lama kemudian, ibu Farah menyadari dirinya hanya dijadikan sumber keuangan. Laki-laki itu memiliki kekasih lain.

Dengan kalap, ia pun membakar dirinya di kamar. Sempat beberapa hari dirawat di rumah sakit, sebelum ibu Farah akhirnya tewas.

Tujuh tahun berlalu. Kehadiran ibu sambungnya belum lama ini, sedikit menyemangati hidup Farah. Meski ya, wanita itu tak menerima gadis itu sepenuhnya.

*

Keira berdiri di teras pondok wisata. Hamparan hutan pinus di hadapannya, menjulang, menawarkan ketenangan.

Ayah Farah sengaja mengambil cuti untuk menikmati waktu bersama keluarga kecilnya. Dan wanita itu bersiap membuka rahasia keluarga suaminya.

Setelah Farah pamit ingin berjalan-jalan, Keira mulai membuka pembicaraan. Ia penasaran, ingin mendengar langsung dari suaminya, apa sebenarnya yang terjadi dengan gadis aneh itu?

Alangkah terkejut, saat ia mendengar seperti apa istri suaminya. Berselingkuh, dikhianati, lalu nekat membakar diri di dalam kamar. Sungguh konyol dan memalukan, pikir Keira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun