Kampanye isi piringku oleh Kementerian Kesehatan, membagi 50 persen berisi buah dan sayur, dan 50 persen lagi karbohidrat dan protein. Tidak terkecuali bagi balita. Bila Bunda sudah mengajarkan mengonsumsi buah dan sayur sejak mereka kecil, ke depannya tidak merasa kesulitan lagi.
Setidaknya ini adalah pengalaman bersama ketiga buah hati kami. Sebagai penyuka buah dan sayur, saya sadar betul untuk membiasakan mereka sejak awal.
Buah dan sayur bagi anak
Umumnya, para orang tua beranggapan sayur adalah menu bagi orang dewasa saja. Sebab, serat pembentuk sayur sulit dikunyah dan ditelan anak-anak.
Jika ini yang Bunda rasakan, saya mempunyai saran untuk membagi potongan sayur menjadi lebih kecil. Atau bisa juga diblend dan dibuat naget ayam.
Untuk batita, Bunda bisa membuat cacahan wortel, kentang, tomat, atau jagung manis lalu mencampurnya ke dalam bubur nasi bersama sosis, suwiran daging ayam, ikan atau telur rebus.
Untuk anak usia lima tahun seperti si bungsu kami, bisa diberikan satu potongan kecil sayur tiap suapan makannya. Jika mungkin, daun bayam atau sawi hijau, bagi lagi menjadi dua menyesuaikan kemampuan anak. Berikan labu kuning, buncis muda, atau baby corn. Sajikan sayur tanpa bumbu rempah seperti sayur sup, bening atau capcay.
Begitu juga dengan pemberian buah. Bunda dapat melatih anak mengonsumsi buah dengan potongan kecil, porsi kecil, dan rasa yang manis dulu. Mudah bukan?
Manfaat buah dan sayur
Vitamin A, B, B1, B6, dan C, serat dan mineral, terkandung dalam buah-buahan sebagai antioksidan.
Dari Healthline.com, antioksidan adalah molekul yang melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas sendiri merupakan senyawa yang dapat membahayakan tubuh jika kadarnya menjadi terlalu tinggi.
Radikal bebas juga diproduksi terus-menerus dalam tubuh. Tetapi untuk meningkatkan sistem imun, dapat diatasi dengan rutin makan buah dan sayur.Â