Hari jadi alias Hari Ulang Tahun menjadi sangat penting, bukan oleh remaja saja. Dedek bayi yang belum mengerti sesuatu hal pun, dibiasakan dengan penandaan usia mereka oleh orang tuanya. Termasuk non personal seperti hari jadi kota tercinta dan lain-lain, kita sudah biasa merayakannya.
Sebagai bagian dari budaya yang familiar di tengah-tengah masyarakat, peringatan hari jadi di kalangan remaja, sangat menarik perhatian saya. Sedikit pun, kalangan ini tidak boleh meleset atau salah kaprah tentang makna setiap yang mereka gandrungi atau kerjakan.
Alasan pertama, mereka cenderung labil tentang banyak fenomena sosial dan pergeseran nilai. Remaja ibarat berada di persimpangan jalan. Ada banyak hal yang tidak mereka ketahui secara pasti. Kita para orang tua dan pihak pendidik, berpeluang besar menyelamatkan sang generasi penerus.
Kedua, remaja adalah ujung tombak, sementara orang tua di rumah adalah busur penentu ke arah mana mereka akan mengambil bagian membangun negeri ini. Orang tua dengan segala cita-citanya, tidak akan memberikan tongkat estafet secara sembarang, bukan?
Ketiga, suka tidak suka, masa depan bangsa terletak di bahu generasi muda. Dengan kata lain, mereka adalah harapan seluruh rakyat. Itulah mengapa saat ini pintu terbuka lebar-lebar bagi pemuda berprestasi dan kompeten untuk duduk di kursi pemerintahan.Â
Keempat, remaja adalah potensi sekaligus masalah bagi sebuah negara. Wajar bila komunitas paramuda mempunyai dampak yang diperhitungkan, lebih-lebih di era digital seperti sekarang. Namun di saat yang sama, remaja juga rentan pada berbagai bentuk kenakalan dan penyakit sosial lainnya.
Saya mengerucutkan ke satu topik bahasan: memaknai perayaan hari jadi.Â
Apa sajakah yang terlintas di benak remaja?
- Bentuk kegembiraan. Remaja tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang ceria dan gembira. Ini seirama dengan jiwanya yang penuh semangat dan ide kreatif.Â
- Ajang silaturahmi. Momen bertemu secara langsung, sangat memungkinkan remaja menjadi lebih akrab. Pada gilirannya ini akan menjadi jembatan pemersatu yang baik
- Sebagai kenangan. Apa sih, yang dibawa seseorang ketika dirinya menua? Para lansia kerap menceritakan ikhwal dirinya dan pengalaman semasa muda kepada anak cucu.Â
- Ajang promosi diri. Mulai dari usaha menemukan relasi bisnis sampai peluang mempertontonkan kekayaan diri.
- Gaya hidup/gengsi. Celakanya, ada pula yang memaksakan diri sampai berhutang sana-sini untuk membuat dirinya setara dengan orang lain.
- Kewajaran, kepatutan, kewajiban. Sampai di sini, remaja menyerap budaya yang berkembang secara absurd. Hanya bermakna ritual dari tahun ke tahun.
Mengapa remaja harus mempunyai cara pandang yang baik tentang hari jadi?
- Remaja perlu tumbuh menjadi tangguh. Yang saya maksud adalah, remaja yang mengikut-ikut budaya perayaan hari jadi tanpa kesesuaian dengan kondisi dirinya. Cepat atau lambat ia akan menjelma menjadi pribadi egois dan cengeng.
- Remaja memahami hari jadi merupakan hitungan waktu atas kelahirannya. Ini semata-mata untuk mengukur sejauh mana pencapaian yang didapatkan. Bagaimana kalau nol?
- Remaja melihat orang lain di luar sana, mengisi perut secara layak pun sangat susah. Fenomena sosial ini akan membantunya melambungkan rasa syukur
- Remaja memeriksa catatan evaluasi dirinya. Apakah sudah cukup bermakna yang dilakukannya sejauh ini? Ataukah waktunya hanya terbuang percuma tanpa pencapaian yang berarti?
Keluarga yang ideal
Keluarga adalah lingkungan yang menemani remaja tumbuh dan menemukan jati diri. Idealnya terdiri dari ayah, ibu dan saudara yang memberi dukungan positip.
Namun bagi sebagian lainnya, ada banyak penyebab remaja mengalami depresi, kesepian, ancaman, hambatan dan berbagai kondisi buruk lainnya.
Penutup
Tulisan ini, tidak menolak perayaan hari jadi dalam bentuknya yang positip. Selain pesta dengan berbagai ragam kemeriahan, ada pula penanda hitungan atas kelahiran berupa amal sosial yang inspiratif dan bermakna. Berbagi dalam lingkaran kebaikan.