Kakinya lalu berlari keluar menuju taman. Ditatapnya sejauh mata memandang. Dikejarnya lampu taman. Dicarinya selipan secarik kertas. Tak ada.
Ia tak boleh putus asa. Ia terus menyusuri dinding belakang bangunan  Di balik bunga mahal, di sela bebatuan pinggir kolam. Semoga saja ia bisa menemukan.
Ah, tapi rasanya mustahil. Semua tempat sudah ia pastikan.Â
Suci terduduk lemas. Perlahan air matanya mengalir. Dibayangkannya Aisyah akan kehilangan dirinya.
"Ya Tuhan, tolong bantu hamba keluar dari sini..." doanya tulus.
Di ujung rasa putus asa, matanya menatap lentera dinding bernuansa gotik.
Ini benda terakhir yang belum disentuhnya. Ya, semoga saja, ia membatin.
Suci berusaha mencari tangga di gudang belakang. Diseretnya dengan susah payah, lalu diraihnya kaca lampu. Dicarinya celah terkecil untuk menyembunyikan secarik kertas yang diharapkannya.Â
Benar saja. Suci menemukannya! Tak terasa air matanya berubah deras.Â
Ditunggunya Pak Harun pulang ke rumah dengan tak sabar hati. Pada waktu yang tepat, Suci lalu menjelaskan tentang secarik kertas merah jambu. Suci memohon agar ia segera dibebaskan.
Pak Harun masgul. Bimbang.Â