Kisah sebelumnya... [Kunang-kunang Jangan Pergi]
Putri Naura, menjadi tumbal perjanjian baginda raja dengan seorang penyihir jahat bernama Mariah. Barisan kunang-kunang, datang setiap senja dan memberikan penghiburan.
Delapan tahun, sama sekali bukan waktu yang pendek untuk menjalani sebuah kutukan. Tetapi putri Naura masih bersyukur ia hanya dirubah wujudnya menjadi pohon anting putri.
Serangga menyala, berkelip mengitari dirinya, dan senantiasa memberi keyakinan bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan.Â
"Semoga saja itu tidak akan lama lagi," harap Naura berbesar hati.
Menjadi pohon di tengah hutan gelap, dengan ratusan bunga putih bermekaran, dicintai dan dikagumi seisi hutan, tetaplah tidak seindah kehidupan bersama ayahanda raja dan ibunda ratu.
Ia pernah mendengar bahwa baginda adalah raja yang tamak. Sangat suka memperluas wilayah kekuasaan, bahkan tidak segan-segan menukar dirinya kepada penyihir jahat.
Entahlah. Sembilan tahun hidup di istana dengan limpahan kasih sayang kedua orang tuanya, Naura tak menaruh percaya sedikit pun tentang berita ini. Apalagi sahabatnya berkata bahwa Mariah adalah penyihir yang jahat.
Hari terus berlalu. Berganti-ganti purnama menghampiri. Tak terasa gerbang tujuh belas tahun menunggunya.
Dari seorang peri yang pernah hinggap di bunga putihnya, Naura mendengar akan ada seorang pangeran yang kelak datang dan menyelamatkannya. Kutukan itu akan berakhir, dan seluruh kekuatan Mariah akan musnah!Â
Naura merasa senang sekaligus ragu. Apakah benar semua yang didengarnya? Kekuatan sihir dapat lenyap karena kehadiran seorang pangeran. Lalu, siapakah dia?
Mirip cerita-cerita dari negeri dongeng yang terdengar indah, Naura berharap semoga nasib baik menjadi miliknya. Ia akan senang sekali bila dapat hidup normal di tengah-tengah manusia. Merasakan kehangatan keluarga, tanpa rasa terasing di dalam hutan.