Namanya Nyonya Marsha, wanita yang menggelitik hidungku akhir-akhir ini dengan aktivitasnya.
Bukan. Aku tidak sedang menyalahkannya.Â
Wanita cantik berhati baik itu, justru memberiku keberuntungan saat menjadi tetangganya. Paling tidak, ini adalah dua bulan pertama aku menjadi tetangganya di suatu kota kecil.
Hari masih pagi, ketika aku bangun dan membuka jendela. Terlihat bagian atap rumah Nyonya Marsha, dari balik tembok pembatas. Tunggu sebentar lagi, wanita itu akan terdengar memasak sambil sekali sekali bernyanyi sopran.
Iya, suaranya mengingatkanku pada diva Céline Marie Claudette Dion. Bila aku boleh menerka, kemungkinan ia penyanyi salah satu orkestra di negara asalnya sana. Tapi di sini, nyonya Marsha cukup puas hanya menjadi istri seorang bankir.
Aku pernah sekali menemuinya, saat menawarkan barang daganganku. Siapa tahu saja, wanita itu minat berlangganan. Lumayan untuk menambah bonus dari kantor.
Sore itu, begitu menginjakkan kaki di pekarangannya yang luas, mataku dikejutkan oleh barisan polybag berisi tumbuhan jahe (Zingiber officinale)Â yang hijau subur. Ada banyak pula bunga bermekaran di sana-sini. Siapa tidak terkesima?
Nyonya Marsha yang berkulit putih, menyambutku ramah. Hanya saja sebagian bahasa yang digunakannya, adalah bahasa Inggris.Â
Rupanya nyonya Marsha sangat menyukai jahe. Setiap masakannya pasti ditambahkan jahe. Itulah mengapa cuping hidungku kembang kempis setiap berada dekat jendela. Bau masakannya nikmat dan mengundang selera.
Darinya, aku juga tahu jahe baik sekali untuk wanita. Selain dapat menghangatkan tubuh dan meredakan flu serta masuk angin, jahe dapat melancarkan darah dan mengatasi nyeri haid. Ini pas sekali dengan keluhanku menjelang siklus bulanan. Caranya tinggal dibuat wedang jahe plus sedikit gula, kalau mau.