Secara fisik, seseorang yang tampak sehat dan baik saja, boleh jadi mengidap beberapa gangguan mental. Megalomania adalah satu di antaranya yang berakibat fatal, dan tidak dapat disembuhkan.
Berawal dari postingan A di akun Instagramnya, saya yang jelas terusik, lalu mulai membuka kamus.Â
Saya mengenal sangat baik, A di dunia nyata. Ia adalah pribadi yang berbeda.
Seringkali, "gaya" yang ditampilkan seseorang di akun media sosial merupakan branding yang diciptakan. Tetapi A sesungguhnya memiliki trauma pada masa kecil dan remaja.
Dari DetikHealth, saya mengutip megalomania adalah gejala gangguan jiwa dengan fantasi hebat atau perilaku gaya hebat; namun berbeda pada realitanya. Orang dengan gangguan ini, haus dipuja, serta mengalami gangguan empati.
Merasa percaya diri, itu baik, tetapi jangan sampai berlebihan. Cepat atau lambat, hal ini akan mempengaruhi ke arah gangguan jiwa.
Pada tahap awal, seseorang merasa ingin "tampak", dibanding orang lain. Tambah lagi, ia menginginkan penghormatan atau pengakuan.
Proses selanjutnya, perkembangan penyakit mental ini menunjukkan indikasi yang lebih jelas. Ia sangat butuh dihargai dan dihormati oleh orang lain.
Selanjutnya, kondisi yang dialami semakin serius, sampai mencoba bunuh diri. Bisa pula berkembang menjadi demensia.
Salah satu ciri penderita gangguan mental megalomania, ia tidak peduli apa pendapat orang lain. Ia memusatkan pikiran terhadap diri sendiri (self centered), mengagumi diri, seraya mengecilkan orang lain. Tidak heran kalau ia pun akan menderita gangguan tidur (insomania).