Sudah lama aku mencarimu, meski aku diam dalam kesepian. Tak pernah bertanya kabar tentangmu pada pagi yang membangunkan, atau  cericit burung di atas pohon halaban.
Percayalah aku selalu mencarimu, di tengah sunyi. Kutenggelamkan diri untuk mengenali dirimu. Tak mungkin kutanya pada mereka, pada sahabat yang sangat mengenalmu sekalipun.
Entah sampai berapa lama, aku akan tetap bisu dan menunggu. Mungkin engkau telah ditimpa masa lalu, entah berapa jauhnya. Tetapi aku yakin engkau ada.
Dan lihatlah dalam lembar-lembar buku, engkau tergambar tipis seperti kabut. Yang beranjak saat mentari datang memagut. Aku terpana.
Sudah lama aku mencarimu, meski aku gugu dalam keheningan. Menari bersama harapan.Â
Percayalah aku selalu kehilangan. Tentang peluk yang lama hilang, serta kata mesra melayang.
Kata mereka aku adalah gadis lugu yang tertipu bayanganmu. Sebuah cinta semu yang palsu, memperdayaku. Membius kagum padamu.
Dan aku tetap mencarimu di sini, dalam siang, dalam malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H