Seringkali, pengalaman orang lain menjadi saat kita mengambil pelajaran. Hal baik maupun hal kurang beruntung, darinya kita dapat memetik hikmah.
Pemandangan kurang mengenakkan
Pagi tadi, saya menyempatkan keluar rumah untuk membeli makanan. Dua jam lagi saya harus mengurus pendaftaran si sulung masuk sekolah lanjutan.
Jika kemarin cuaca hujan dan udara dingin bertahan sampai waktu zuhur, pagi ini juga sempat diwarnai gerimis kecil dengan langit masih mendung kelabu. Begitu mereda, saya langsung meloloskan diri. Saya melewati genangan air setinggi mata kaki, yang arus kecilnya terus turun dari bukit nun jauh di sana.
Di tengah perjalanan pula, saya melihat pemandangan kurang sedap. Seperti terlihat pada foto ilustrasi, dua tandon air berukuran 600 liter jatuh dari posisinya dan pecah. Tampaknya insiden terjadi tengah malam tadi. Sore sebelumnya saya masih melewati dua tandon air ini masih duduk manis di tempatnya.
Saya prihatin, itu yang pertama. Empati ini karena saya mengenal penghuni kontrakan adalah kaum kecil biasa. Mereka mempunyai anak balita berusia dua tahun, namun si istri mengambil job mengupas kulit bawang, sejak setahun lalu.
Bisa dibayangkan, aroma pedas bawang merah menguar setiap hari dari teras tempat aktivitas, dan terhirup anak bungsu mereka yang waktu itu masih tahap duduk di kereta bayi. Saya saja yang setiap hari hanya melewati rumah tersebut, merasa tak nyaman meski hanya selintas lalu.
Berapakah upah dari pekerjaan ini?Â
Tidaklah luar biasa. Seribu rupiah per kilogram-nya. Sehingga diupayakanlah target mengupas hingga 25 kg/hari.
Terkadang tetangga dekatnya datang untuk membantu sambil duduk ngobrol ala emak-emak.