Menjadi ibu dari anak perempuan yang beranjak remaja, harus tangguh, sabar dan pintar.
Ini kesempatan melindungi buah hati. Bukan lagi secara fisik seperti pada saat mereka masih kecil, tapi melindungi mental dan kejiwaannya sebagai remaja.
Seperti kejadian yang baru dialami si sulung. Saat ia merasa terdesak oleh permintaan seorang kerabat laki-laki.
Kalau mau dibilang, permintaan ini cukup sepele. Hanya meminta nomor handphone yang baru beberapa minggu dimiliki si sulung.
Menjadi istimewa, karena kerabat ini, pada pertemuan tidak disengaja, melontarkan kalimat yang membuat si sulung merasa bimbang bercampur kesal.
Bimbang, apakah dirinya sudah berbuat salah dengan tidak melakukan miscall seperti permintaan?
Kesal, karena semenjak ia masih kecil hingga sekarang, nomor handphone orang tualah yang digunakan untuk berkomunikasi.Â
Semua keluarga yang memiliki keperluan atau sekedar menyapa, menggunakan nomor yang dipegang ibu.Â
Dan bukankah tidak ada hal rahasia yang perlu disembunyikan dari ibu? Lalu untuk apa meminta nomor pribadi saya? Demikian sulung mengadu. Wajahnya ditekuk karena merasa kesal.
"Untung dulu Om tidak jadi belikan hp," timpal si kerabat dengan nada serius, pada pertemuan tersebut.
Rupanya si sulung merasa tak nyaman, dan merasa diperlakukan secara kasar. Menurutnya, seharusnya dengan bahasa dan penjelasan yang baik dengan memberikan alasan-alasan, dan seterusnya.