Overthinking, atau berpikir secara berlebihan, terus-menerus dan menguras energi, jika tidak dikelola secara baik, akan berdampak negatip.Â
Namun demikian, overthinking dapat pula membawa berkah, keberuntungan, profit dan semacamnya bila dikontrol dan diarahkan secara benar.
Kasus Sukma
Saya sedih, ketika seorang sahabat, sebut saja Sukma, bercerita panjang lebar, namun ia sulit menerima saran saya. Sukma tergolong overthinking, menurut saya.Â
Pertama, ia selalu memikirkan tentang apa yang belum dapat diberikan suaminya. Tempat tinggal yang layak, salah satunya.
Kedua, ia selalu teringat perihal mantan suaminya yang berkali-kali mengkhianatinya, sebelum akhirnya mereka bercerai. Dan untuk menghilangkan kenangan buruk ini, Sukma menjadi banyak makan sampai bobotnya sekarang jauh melonjak.
Ketiga, ia memikirkan pernikahan dengan suami barunya yang sudah berjalan empat tahun, tapi belum dikaruniai momongan. Sementara suaminya sangat menginginkan kehadiran anak di tengah-tengah mereka. Menurut dokter, ia harus diet lebih dulu, dengan memperbanyak makan buah-buahan.
Belum lagi ia pusing mengendalikan anak semata wayangnya dari pernikahan sebelumnya, saat musim belajar online seperti sekarang. Anak laki-laki lebih sulit diatur, tuturnya.
Sukma bukan tidak tahu, banyaknya beban pikiran yang menghantuinya, dan muncul di malam hari, justru membuatnya mengalami insomnia. Termasuk tidak bergairah kepada pasangan.Â
Maka selain tidak memberikan solusi, membuat tersiksa, overthinking yang dialami Sukma, membuat peluang ia bisa hamil pun menjadi semakin kecil.