Bolehkah aku mencintaimu, jika kuajukan tanya ini pada gadis secantikmu
Mungkin engkau akan terdiam, dan aku tak langsung mendapat jawaban
Atau mungkin aku adalah ikhwan ke seribu
Yang berani dan terpikat padamu gadis idaman
Tapi cinta itu anugerah, kan?
Datangnya dari hati yang steril dari debu-debu polusi
Maka tak salah bila kuhadiahkan
Bukan apa-apa, melainkan selembar puisi
Aku memanglah bukan seorang dewa
Dari jagat nirwana mencintai sang dewi jelita
Aku hanyalah pemuda biasa tak istimewa
Namun cinta ini bukan sebuah dongeng cerita
Di langit cerah, kutaburkan bunga-bunga untuk gadis idaman
Perlambang doa-doa kepada Allah tentang hidup di masa depan
Tentang istri soleha, yang menjadi perhiasan
Tentang baiti jannati yang terwujudkan
Di langit cerah, kutaburkan bunga-bunga untuk gadis idaman
Bukan sebuket mawar sambil berlutut untuk menaklukkan
Bukan emas permata serta janji yang dikedepankan
Duhai gadis idaman, yang penurut dan khatam alquran
Selembar puisi ini hanyalah jembatan ta'arufan
Tak perduli seribu pemuda antri mendapatkan
Kutemui ayah ibumu, semoga diperkenankan
Dan jika doa-doa ini menjadi kenyataan
Ijab qobul kuucap dengan disaksikan malaikat
Jadilah istri dan ibu yang taat dan beriman
Kiranya engkaulah, gadis idaman dalam doa-doa terpanjat
(Untuk sulungku, kelak dewasa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H