Masyarakat ekonomi ASEAN secara resmi memang baru diterapkan tahun 2015 mendatang. Banyak kalangan yang menilai bangsa Indonesia sangat tidak siap untuk menghadapi pasar bebas Kawasan Asia Tenggara tersebut. Pada satu sisi, pendapat tersebut memang ada benarnya, namun yang terpenting bukanlah pernyaataan dan pandangan pesimisme yang justru kerap dikumandangkan oleh para pesohor negeri ini. Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, bangsa yang diyakini menyimpan potensi “emas” baik Sumber Daya Manusianya (SDM) terlebih lagi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki. Pertanyaan terbesar saat ini adalah, maukah kita terinjak-injak oleh bangsa lain di tanah kelahiran sendiri?
Sebagai anak bangsa yang patriot dan cinta Indonesia, kita tentunya sepakat untuk menjawab “TIDAK” mengenai pertanyaan di atas. Salah satu senjata utama yang kita punya untuk memenangkan persaingan ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Bangsa kita harus terus dan tanpa henti mencari emas yang berada dalam lumpur. Dalam artian pemerintah Indonesia harus fokus untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang berskill (skilled labor), berikan perhatian lebih pada generasi muda mempunyai potensi besar namun kekurangan dalam segi ekonomi.
Banyak cara yang bisa pemerintah terapkan untuk mendapatkan generasi muda “emas” bangsa Indonesia. Cara pertama adalah tarik semua sumber daya manusia yang bekerja diluar negeri dan berikan posisi strategis di industri maupun pemerintahan Indonesia. Berikan bayaran yang mereka inginkan, berikan apa yang mereka inginkan. Anak bangsa sendiri juga tentunya masih mempunyai rasa cinta dan sangat ingin mengabdi untuk tanah kelahirannya. Mereka tidak akan memberatkan negara sendiri, justru mereka akan bangga dan dengan sekuat tenaga bekerja untuk membangun negeri ini. Cukup berikan apa yang mereka butuhkan, dan percayalah itu tidak akan memberatkan Indonesia. Dengan demikian, mereka yang sudah ahli pada bidang tertentu bisa mentransfer ilmunya pada tenaga kerja generasi muda Indonesia yang ada di tempat mereka.
Cara kedua adalah berikan bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi. Berikan segalanya untuk mereka dan ikat dengan perjanjian untuk kembali membangun dan membantu Indonesia maju kedepannya. Cara ini memang sudah diterapkan dan merupakan cara lama, namun sampai sekarang masih banyak yang salah sasaran. Perbaiki sistemnya, kawal pelaksanaannya, dan evaluasi hasilnya. Produk akhir berupa generasi unggul yang dihasilkan jangan dilepas begitu saja, ikat mereka dengan kewajiban membangun negeri, berikan jaminan kesejahteraan, dan dengan cara itu generasi muda kita yang unggul tidak akan “berkhianat” memajukan bangsa lain.
Adapun cara yang lebih efektif dan efisien untuk menciptakan generasi muda handal yang siap bersaing dalam masyarakat ekonomi ASEAN 2015 adalah perbanyak kerjasama dengan negara lain dalam hal pertukaran generasi muda yang baru lulus perguruan tinggi. Fresh Graduate yang kita punya ada baiknya dilatih untuk mengtahui bagaimana kondisi dan keadaan negara lain serta kurang lebih beradaptasi dengan kondisi tenaga kerja global. Ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan nantinya harus dipergunakan untuk melatih dan memoles generasi muda lainnya di Indonesia. Pemerintah juga sesegera mungkin harus memperbanyakan kesempatan para generasi muda untuk mengenyam perguruan tinggi. Tenaga kerja kita sekarang didominasi oleh tenaga kerja yang hanya lulusan SD (46%). Ini sangat mengkhawatirkan mengingat pasar bebas ASEAN dimana arus barang, jasa, investasi dan modal akan bergerak lebih bebas dibanding sebelumnya.
Pelaku industri dalam negeri juga sebaiknya lebih melirik generasi muda asli Indonesia. Jika kualifikasi tidak terlalu jomplang ada baiknya pemerintah Indonesia menekankan pada pelaku industri dalam negeri agar lebih memberdayakan putra-putri asli dalam negeri. Berikan kesempatan, berikan pelatihan yang yang memadai dan berkualitas, berikan pengalaman dan ilmu yang diperlukan, niscaya mereka akan setara dengan tenaga kerja terampil dari luar negeri bahkan bisa melampaui mereka.
Kembangkan industri kreatif dengan melibatkan anak-anak muda Indonesia. Industri yang sama sekali tidak dilirik seperti industri yang berkaitan dengan budaya harus segera dibangkitkan lagi. Budaya lokal yang ada agar dapat bertahan ada baiknya diberikan sentuhan inovasi, dalam artian kita beri sedikit modifikasi dengan tidak mengubah nilai-nilai budaya yang terdapat di dalamnya. Budaya jangan dibuat rigid dan kaku, jika demikian budaya kita akan tinggal kenangan di kemudian hati. Padukan budaya lokal dan teknologi dan itu tentunya bisa dilakukan oleh generasi muda kita yang kreatif. Misalkan saja pagelaran wayang kulit yang dipadukan dengan lampu laser nan megah, ada juga game yang dimainkan pada layar sentuh bertemakan budaya Indonesia seperti batik, dan lain-lain. Perkembangan seperti itu secara otomatis juga akan memacu kreatifitas generasi muda Indonesia yang tentunya bisa menjadi modal besar dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun depan.
Harga diri bangsa Indonesia menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015 memang tidak sepenuhnya bergantung pada generasi muda kita, akan tetapi generasi muda adalah ujung tombak sekaligus penentu nasib bangsa kita. Jangan sampai kondisi yang sudah carut marut ini semakin parah ketika pada akhirnya kita hanya bisa tertunduk lesu melihat negara yang kita cintai semakin terombang-ambing karena ketidakmampuan kita sendiri. AYO MAJU GENERASI MUDA INDONESIA!! AYO MAJU BANGSAKU !! AYO MAJU INDONESIAKU !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H