Mohon tunggu...
Dr. A. Yoshika B.
Dr. A. Yoshika B. Mohon Tunggu... -

Occupational Health Doctor, Medical Check Up Department.\r\n\r\nChief editor of Health Indonesia webpage: http://health-indo.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menggigit Kuku, Bukan Sekadar Kebiasaan

9 September 2013   09:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh: Dr. Anastasia Yoshika B.

“Jangan suka gigit kuku! Jelek ah!” Sering kita mendengar omelan orangtua kepada anaknya. Dalam istilah medis, kebiasaan menggigit kuku ini disebut Onychophagia, dan termasuk dalam kategori Impulse Control Disorder. ICD ini berarti penderita Onychophagia tidak bisa mengendalikan dorongan hatinya untuk menggigit kuku.

Kebiasaan menggigit kuku lebih umum terjadi pada perempuan. Sekitar 33% anak-anak berusia 7 sampai 10 tahun menderita Onychophagia.  Pada saat menginjak remaja, kebiasaan ini berkurang, dan kebanyakan mereka berhenti menggigit kuku pada usia 30-an. Jika belum bisa berhenti juga, artinya Onychopagia ini bisa diasosiasikan dengan ketidakmampuan penderita mengatasi ICD-nya.

Saat menggigit kuku, biasanya pelaku merasakan dorongan kenikmatan atau rasa lega. Tapi setelahnya biasanya mereka merasa bersalah atau menyesal. Walau banyak diderita anak-anak, tapi Onychopagia bisa terjadi pada orang dewasa. Penyebabnya bisa macam-macam; stres, gelisah, atau bahkan hanya karena bosan.

Mereka yang terbiasa menggigit kuku biasanya juga suka menggigit bibir saat mereka tidak bisa menggigit kuku. Kadang kebiasaan ini sulit dihentikan karena memang sudah kebiasaan dan menjadi rutinitas harian. Sambil nonton TV, baca buku pun tanpa sadar kita bisa mengiggiti kuku, tahu-tahu kuku dan kutikula kita sudah rusak dan berdarah. Padahal Onychophagia bisa menyebabkan infeksi, perdarahan  di ujung jari, dan penampilan kuku yang jelek serta kulit di sekitarnya yang robek-robek. Selain penampilan jari yang jelek, gigi kita juga bisa rusak dan goyah karena kebiasaan ini.

Orang yang sudah terbiasa ini umumnya tidak memikirkan akibat negatif menggigit kuku. “Ah, ini kan cuma kuku,” pikirnya.  Tapi mereka tidak  berpikir bahwa sebenarnya mereka bisa mengendalikan diri untuk tidak melakukannya. Onychophagia bisa diatasi dengan beragam cara. Antara lain:

1. Gunting kuku secara rutin hingga batas tidak bisa digigit. Sediakan gunting kuku di tas sehingga saat ada kutikula kuku yang mengganggu bisa langsung dipotong, bukannya digigit.

2. Memakai kuteks. Rasa kuteks tidak enak di lidah dan akan mengurangi keinginan untuk menggigitnya.

3. Manikur. Jika kita sudah menghabiskan uang untuk manikur dan melihat kuku kita indah, kita akan terdorong untuk merawat dan menjaganya.

4. Pakai sarung tangan atau bungkus ujung jemari dengan plester luka sehingga sulit digigiti.

5. Oleskan losion di tangan untuk membuat tangan lebih halus dan kulit tidak mudah pecah.

6. Saat ingin menggigit kuku, segera ingatkan diri kita untuk menghentikannya dengan menggenggam tangan kita membentuk kepalan.

Jika semua cara di atas sudah dicoba dan tidak berhasil, saatnya mempertimbangkan untuk mencari bantuan medis atau psikiater agar bisa menemukan akar permasalahan dari kebiasaan buruk ini dan menghentikan dorongan Onychophagia tersebut.

http://health-indo.com/

30/07/2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun