Mohon tunggu...
Ayom Budiprabowo
Ayom Budiprabowo Mohon Tunggu... Insinyur - Bersyukur dan berpikir positif

Alumni Undip, IKIP Bandung dan STIAMI. Pernah bekerja di SPP Negeri Ladong, Universitas Abulyatama Aceh dan Pemda Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pusat Restorasi dan Pengembangan Ekosistem Pesisir Kabupaten Sukabumi, Upaya Melestarikan Ekosistem Mangrove

8 Oktober 2021   22:53 Diperbarui: 8 Oktober 2021   22:55 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesisir selatan Kabupaten Sukabumi memiliki banyak tempat wisata menarik yang layak dikunjungi. Selain panoramanya indah juga merupakan wisata edukasi berbasis konservasi.  Pengunjung mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang sumber daya alam sebagai ekosistem yang sangat berharga, sekaligus menggugah sikap bijak guna sama-sama menjaga kelestariannya.

Sumber daya alam tersebut antara lain Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan Kecamatan Ciracap. Dengan wisata kita bisa memberi makan penyu di kolam sentuh. Juga bisa melepas anak penyu (tukik) sore hari. Lalu bisa menyaksikan penyu mendarat dan bertelur pada malam hari. Ekowisata Konservasi Penyu ini dikelola Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Selain itu ada ekosistem mangrove atau hutan bakau dibeberapa tempat, seperti kawasan Pamarangan Surade, Muara Cikaso, Cibitung dan  Ciemas dengan luas keseluruhan 45 Ha (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2018).

Area hutan bakaunya memang relatif sempit jika dibandingkan dengan  hutan bakau pantai utara jawa. Hal ini  karena pantainya curam, terbuka dari gempuran gelombang, arus dan angin serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, Makanya yang sedikit ini harus dijaga  jangan sampai rusak, bahkan kawasannya harus diperluas dan yang rusak direhabilitasi.

Hal ini karena ekosistem  mangrove mempunyai banyak fungsi, seperti menjaga stabilitas garis pantai dari abrasi oleh gelombang laut, melindungi pantai dari terpaan angin laut, menahan sedimen hingga bisa menambah lahan baru, penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis pada daun yang lebat, penghasil detritus (bahan makanan dari hasil pelapukan bahan organik) bagi organisma perairan dan rantai makanan, tempat asuhan dan pemijahan berbagai hewan perairan, seperti udang, ikan, kepiting dan kerang-kerangan, dan penunjang perekonomian masyarakat sekitar hutan (ilmugeografi.com).

Bersyukur usulan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi mengenai pengelolaan kawasan mangrove telah dipenuhi  Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sekarang kawasan mangrove Desa Mandrajaya Ciemas (luas 9 ha) menjadi Pusat Restorasi dan Pengembangan Ekosistem Pesisir (PRPEP) sejak tahun 2018.  

Sebelumnya ada tiga calon lokasi yang disurvey tim KKP, yaitu kawasan mangrove Desa Ciwaru Ciemas (luas 10 ha), lalu Desa Mandrajaya Ciemas dan  terakhir kawasan mangrove Muara Cikaso Cibitung. Namun akhirnya kawasan mangrove Desa Mandrajaya yang ditetapkan sebagai lokasi PRPEP.

Hal ini atas pertimbangan tegakan vegetasinya relatif baik, lokasinya relatif mudah diakses, dekat dengan kawasan mangrove Desa Ciwaru dan Sungai Ciletuh yang mengalami degradasi sehingga perlu direhabilitasi. Selain itu memiliki nilai lebih karena lokasinya berada di dalam kawasan Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG). Jadi  terangkai dengan destinasi wisata lain. Ekosistem mangrove merupakan bagian dari keragaman hayati (biodiversity) Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

PRPEP Mandrajaya berfungsi sebagai pusat restorasi (pemulihan) mangrove dan menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat dalam mengenal fungsi dan manfaat mangrove serta upaya yang bisa dilakukan dalam menjaga dan mengelola ekosistem secara berkelanjutan. Fungsi lainnya adalah sebagai laboratorium alam dan destinasi ekowisata berwawasan lingkungan dengan mengutamakan konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal serta pembelajaran atau pendidikan. Upaya restorasi terhadap ekosistem pesisir tidak hanya terfokus pada ekosistem mangrove saja namun juga terhadap ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun (KKP).

PRPEP Mandrajaya dikelola Kelompok Masyarakat Konservasi (Pokmasi) Mandrajaya Nusantara Ciemas bersama dengan perangkat Desa Mandrajaya. Komitmen Pak Opik Taopik, selaku Ketua Pokmasi dalam menjaga kawasan mangrove tidak diragukan. Beliau bersama kelompoknya memiliki reputasi yang baik karena terbukti berhasil menyelamatkan hutan bakau yang mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan untuk pemukiman dan pemanfaatan yang berlebihan tanpa penanaman kembali. Kegiatan  konservasi hutan bakau ini sudah dimulai tahun 2011, dimana saat itu kondisinya 60 % rusak  (SUKABUMIUPDATE.com).

Beberapa prestasi berhasil diraih Pokmasi Mandrajaya Nusantara, yaitu Terbaik I Tingkat Jawa Barat Lomba Kelompok Masyarakat Pengawas (2015), Terbaik II Bidang Pelestarian Tingkat Jawa Barat (2017),  Terbaik I Bidang Konservasi Kabupaten Sukabumi (2014). 

Pokmasi Mandrajaya Nusantara tidak hanya menangani mangrove, tapi juga ekosistem terumbu karang, seperti melakukan transplantasi karang dan menyediakan jasa snorkling. Juga kapal wisata bagi pengunjung yang hendak mengitari pulau-pulau geopark.  

Menurut Pak Opik (6/10/2021), setiap tahun selalu dilakukan penanaman mangrove pada spot yang terbuka atau penyulaman sebagai upaya rehabilitasi. Jumlah pohon yang ditanam bervariasi kadang 1000 pohon, kadang 4000 pohon. Juga kadang 200-500 pohon per tahun yang dilakukan bersama masyarakat dan instansi terkait. Biasanya dari lembaga pendidikan, baik pelajar maupun mahasiswa, selain Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, perusahaan dan "komunitas".

PRPEP Mandrajaya dibuka untuk umum, pengunjungnya sekitar 700 orang per bulan yang datang dari berbagai daerah. Pengunjung bisa melihat jenis-jenis mangrove, seperti Rhizophora, Bruguiera dan Avicennia.  Juga bisa mengamati jenis-jenis akar napas, penyemaian bibit mangrove dan fauna yang hidup pada kawasan mangrove. Bagi pengunjung yang ingin menanam mangrove, bibitnya selalu tersedia di Pokmasi. Adapun lokasi tanam disesuaikan dengan keadaan.

Berharap setiap pengunjung PRPEP Mandrajaya mengindahkan tata tertib yang berlaku agar sarana atau fasilitasnya terpelihara, seperti tracking mangrove, gazebo, gapura dan  tempat pembibitan mangrove, juga tidak membuang sampah sembarangan.

Fasilitas di PRPEP rentan mengalami kerusakan, baik karena alam maupun faktor pengunjung. Jika fasilitas tersebut rusak, maka seyogianya diperbaiki pengelola. Barangkali bersama lembaga terkait dengan  anggaran yang sah. Alhamdulillah tahun 2021 ada penambahan tracking mangrove sepanjang 100 m dari dana aspirasi (APBD).

Berikut upaya lain yang perlu dilakukan guna menjaga kelestarian hutan mangrove, yaitu memasang potok batas kawasan mangrove untuk mencegah penyerobotan lahan oleh masyarakat atau pihak tertentu. Juga memasang papan peringatan di kawasan konservasi agar masyarakat paham dan patuh aturan.

Melalui upaya tersebut disertai adanya kesadaran masyarakat, maka lambat laun kondisi ekosistem mangrove kembali pulih, vegetasinya bertambah hingga kembali berfungsi secara utuh.

Berharap dukungan semua pihak atas keberadaan PRPEP  Mandrajaya dengan cara aktif dalam upaya pelestarian. Tidak sekedar berkunjung tapi juga melakukan praktek konservasi minimal satu orang menanam satu pohon agar tumbuh sikap cinta lingkungan.

Gambar 1. Pak Opik bersama badan pengelola geopark di PRPEP Mandrajaya (2021) 2. Penanaman pohon mangrove di Desa Ciwaru bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (17/3/2021) 3.  Penanaman pohon mangrove bersam Polban (Politeknik Bandung (26/8/2021).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun