Mohon tunggu...
Ayu Bejoo
Ayu Bejoo Mohon Tunggu... Jurnalis - Moody Writer

Moody Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Bergerak

11 Oktober 2016   10:58 Diperbarui: 11 Oktober 2016   12:01 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration : raywib

Waktu itu, kutengok delapan hero berjalan gagah, bak melambai belalai gajah, harusnya mereka cukup menggugah, namun itu bukan hero yang sebenar kata Ayah.

Ayah menyeruak pikiranku benar, sepotong cakrawala benar-benar  tenar, langit yang bersinar, laut yang tak pernah pudar, bak halilintar menyeka cakrawala tak terseka.  Ini benar.

Manusia-manusia heroik, terdampar di bibir pantai berwarna, dari batas tanpa batas ada batas, keterbatasan yang patas. Nelangsa ombak bak bersatu dengan raja samudera, paduan yang pantas.

Sebentar sebentar, kutengok lagi, manusia-manusia  primitif, bahu membahu dalam pekikan imajinatif, deburan tifa yang kataku perspektif, gemulai jemari yang lincah namun elok sekali, sungguh koreografi aktif.

Lagi, kupandang hamparan gunung di pelantaran khatulistiwa, manusia-manusia ekstraktif, generatif, dalam bingkai monokultur, multikultur, dari sang gurem hingga sang komersial. Memangku satu sama lain, tak akan luput apalagi ucal. Oh, sungguh universal.

Kualih penglihatanku, kepada sebaris manusia : Si Gayo, Si Batak Karo, Si Minangkabau, Si Bunoi, Si Sakai, Si Bajau, Si Lintang, Si Bugis, Si Flores, Si Minang, dan Si Si lain, lagi. Bertengger para manusia dalam satu barisan. Indah, dalam satu nusa. Akur, dalam satu bangsa.

Oh, sungguh mempesona ! Raja lautan sedang memutari zaman, demi bertemu sang Ratu Daratan. Sepenghujung bibir-bibir pantai memutar, sepersudut petak-petak sawah merapat, setinggi terjal-terjal gunung menancap, sedalam tombak-tombak tambak tertembak,  aku terpana !

Bergerak nusaku, dari Sabang. Bergerak bangsaku, sampai Merauke.

*Karya ini diikutkan dalam event Gerakan Seribu Puisi untuk Negeriku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun