Eliminasi dalam kompetisi merupakan gaya yang tumbuh dalam tahap mencari pemenang, setiap cara dan langkah yang dilaksanakan menjadi tolak ukur bersama mengangkat nama bangsa, menjunjung marwah daerah. Inilah yang sedang dihadapi Papua, mendapat tantangan sebagai mentari harapan baru dari Timur, tuan rumah dari ajang olahraga pengharum nama bangsa. PON XX atau yang lebih kita kenal dengan Pekan Olahraga Nasional yang diikuti oleh putera-puteri terbaik bangsa, akan secepatnya diselenggarakan di salah satu tanah kebanggaan Indonesia, Tanah Papua.
Indonesia dengan segala keberagamannya dan Papua dengan segala keunikannya diyakini dapat menjadi paduan yang satu dalam memajukan citra kebangsaan yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Bukan tidak berdasar Papua ditunjuk menjadi tuan rumah ajang olahraga yang masyhur ini, meski berada di ujung Timur nan jauh sana namun Papua tetap menjadi sumber kehidupan bagi negara Indonesia, tak pelik itu semua berkat kekayaan sumber daya mineral logam, seperti tembaga, emas, dan perak. Menjadikan Papua sebagai tuan rumah adalah mengenai pementasan harapan baru di mata investor yang diharapkan, sekaligus upaya mengentaskan kemiskinan.
Di sisi lain, Papua merupakan daerah yang memiliki wilayah paling luas dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, terutama dalam wilayah Provinsi, ditambah posisinya yang sangat strategis yang menempatkan Papua berada di antara jalur pelayaran terbaik Asia: Asia Tenggara dan Pasifik. Dengan luas 316.552,6 kilometer persegi, Provinsi Papua dihuni oleh 4.3 juta jiwa (berdasarkan sensus penduduk tahun 2020). Secara administratif, Provinsi Papua memiliki 28 kabupaten dengan satu kota yang terbagi menjadi 576 kecamatan dan 5.549 kelurahan. Ini menjadikan wilayah Papua setara dengan 16.58 persen dari total luas Indonesia.
Secara topografi, Provinsi Papua terdiri dari wilayah dataran rendah, pesisir, dan pegunungan. Di mana bentang alam Papua sendiri terbilang lengkap dan menakjubkan, namun juga termasuk kategori berbahaya. Di bagian selatan hingga pesisir pantai kita dianugerahi pemandangan berupa dataran rendah rawa-rawa, hutan bakau, serta aliran sungai yang memanjang. Di bagian tengah, dari barat ke timur, sejauh mata memandang tampak pegunungan yang menjulang dan liuk-liuknya yang curam, terhampar dari Pegunungan Sudirman dan Jayawijaya, membentuk replika keindahan alam tak kasat mata. Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta keindahan alam terutama ekosistem yang paling menarik. Dapat kita ambil contoh surga tersembunyi di tanah paling Timur ini ialah Raja Ampat, yang katakanlah siapa sih yang tidak ingin menjejakkan kaki di atas Bumi Cendrawasih yang super gemilang ini, bahkan masuk ke salah satu warisan dunia.
Tidak hanya kekayaaan alam yang begitu menggiurkan, Tanah Papua juga memiliki budaya dan adat yang sampai sekarang masih mendarah daging dalam setiap tubuh masyarakatnya. Adat dan budaya yang begitu kental dan teguh membuat masyarakat Papua lebih menonjol dalam kultural bahkan spiritual. Jiwa masyarakat Papua sudah terkultur untuk menjunjung tinggi persaudaraan dan menghargai perbedaan. Keramahan masyarakat Papua menjadikan mereka berbeda namun selaras sebagai manusia, terlebih sebagai masyarakat Indonesia.
Selain daripada itu Papua juga memiliki budaya yang unik dan menarik, tentu saja yang paling inspiratif adalah yang paling menonjol, yaitu pakaian adat dan rumah adat yang seakan-akan sudah menjadi ciri khas dari tanah paling timur ini. Pakaian adat antara pria dan wanita hampir-hampir sama bentuknya, pakaian tersebut memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala burung cendrawasih, lengkap dengan gelang, kalung, dan ikat pinggang yang terbuat dari manik-manik yang berjumbai-jumbai di pergelangan kaki. Tentu saja setiap daerah memiliki pakaian adat tersendiri, namun yang membuat Tanah Papua menarik ialah pakaian adat ini mereka gunakan sebagai pakaian sehari-hari yang tentu saja, ini membuktikan betapa kecintaan masyarakat Papua terhadap tanah kelahirannya tidak bisa kita banding-bandingkan.
Rumah adat masyarakat Papua juga tak kalah menarik, di mana rumah ini memiliki nama asli Honai, yang pada awalnya rumah khas ini dihuni oleh suku Dani, salah satu suku dari Tanah Papua. Rumah adat ini juga memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki bentuk yang unik dan nyentrik, yang hanya berbahankan kayu sebagai penopang dan jerami atau ilalang sebagai pelengkap atau penutup, dengan berbentuk kerucut rumah ini sudah pasti disukai para pengunjung yang menginginkan perbedaan.
Nah, setelah dipaparkan adat dan budaya masyarakat Papua yang memang sudah masyhur dan terkenal dari sananya, tak lupa juga kita tampilkan beberapa tradisi yang memang tidak akan bisa kita temukan di lain tempat selain di Tanah Papua. Salah satu tradisi khas di Tanah Papua ialah tradisi Iki Palek, di mana di mata kita sebagai orang yang bukan dari Tanah Papua mungkin beranggapan bahwa ini adalah suatu tradisi yang sangat ekstrem, Iki Palek merupakan tradisi memotong jari yang kerap dilakukan oleh suku Dani, bagi suku Dani tradisi ini dianggap sebagai ungkapan kesetiaan sekaligus kehilangan yang paling mendalam terhadap salah satu anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Ada juga tradisi Mumi Papua,yang terbilang khas namun dapat kita temukan selain di Tanah Papua, seperti halnya kita temukan tradisi mumi di Tanah Toraja. Tradisi Mumi Papua kerap dilakukan tidak hanya oleh suku Dani, namun juga dilakukan oleh suku lainnya, seperti suku Moni, suku Yali, dan suku Mee. Kegiatan ini ialah kegiatan mengawetkan jenazah seseorang yang berjasa bagi masing-masing suku. Keunikan tradisi-tradisi yang terbilang ekspresif ini patut kita hargai dan bila perlu kita kenali bahkan mendalami.
Nah, bagaimana? Setelah mengetahui beberapa keunikan Tanah Papua kita menjadi tahu kan, bahwa perhelatan PON XX yang dilaksanakan di Tanah Papua memang pilihan terbaik. Belum lagi adanya diskriminasi terhadap rakyat Papua yang kerap terjadi karena perbedaan warna kulit di berbagai daerah bahkan di tanah mereka sendiri menjadikan mereka patut kita berikan yang terbaik, kita rangkul sebagaimana kita merangkul teman-teman dari daerah yang lain. Jangan sampai slogan “Sa Papua, Sa Indonesia” hanya menjadi slogan semata tanpa pemaknaan dan filosofi yang berguna.