Mohon tunggu...
Aiman Farizi Amaanullah
Aiman Farizi Amaanullah Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 2 / SMAN 28 Jakarta

XI IPS 2 (1)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Novel "Sabtu Bersama Bapak"

6 Maret 2021   12:15 Diperbarui: 7 Maret 2021   12:17 14542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebelumnya, sewaktu masih hidup dan mengetahui bahwa umurnya tak panjang lagi karena penyakit kanker yang diderita, Gunawan Garnida mulai melakukan langkah-langkah yang luar biasa. Hal yang kelak akan sangat berguna bagi istri dan kedua anaknya. Sewaktu kedua anaknya, Satya serta Cakra masih kecil, Gunawan Garnida selalu merekam banyak video-video yang berisi pesan-pesan hidup yang bijak dan bermanfaat.

Gunawan Garnida paham betul, kelak, rekaman tersebut akan sangat membantu kedua anaknya meskipun sosok Bapak telah tiada di antara mereka. Maka semenjak Bapaknya meninggal, Satya dan Cakra selalu menonton video-video peninggalan Bapak. Hal itu mereka lakukan setiap hari Sabtu, hingga menjadi rutinitas yang terus mereka lakukan setiap minggunya.

Keberadaan rekaman video tersebut mulai dirasakan pengaruhnya oleh Cakra dan Satya. Satu ketika Cakra merasakan kerinduan yang sangat pada Bapaknya. Ia memutar video tersebut terus-menerus. Merasakan kenangan saat-saat bersama Bapak hingga berkali-kali hingga tanpa terasa ia telah melihat rekaman tersebut sampai pagi menjelang. Melihat rekaman tersebut, ia merasa seakan Bapak masih ada, ia hadir di hadapannya dan berbicara banyak hal padanya. Cakra menitikkan air mata, merasakan betapa berharganya remakan-rekaman tersebut bagi dirinya.

Selain soal rekaman video dari Bapak tersebut dan bagaimana itu menjadi bekal berharga bagi Bu Itje beserta kedua anaknya dalam menjalani hidup, cerita dalam novel ini juga berlanjut dengan kehidupan Satya dan Cakra yang semakin tumbuh dewasa.

Ada kisah tentang Cakra yang belum juga mendapatkan pasangan. Padahal dari segi usia dan pekerjaan sudah mencukupi. Namun pada akhirnya Cakra berhasil menemukan pujaan hatinya. Kemudian Satya yang mulai memiliki istri dan anak. Bagaimana ia mengarungi kehidupan baru bersama keluarga kecilnya. Bagaimana pesan-pesan dari Bapak yang kerap ia lihat bisa memengaruhi dan memberikan bekal bagi Satya dalam membangun keluarga barunya. Hingga suatu saat terjadi konflik keluarga di tengah-tengah keluarga kecil Satya. Istri Satya menganggap Satya terlalu berlebihan mengikuti aturan dari bapak nya. Dan istri Satya merasa kalau Satya lebih baik tidak terlalu mengikuti jejak bapak nya karena dia hidup sebagai Satya bukan sebagai bapak. Namun pada akhirnya Satya sadar bahwa nasihat bapaknya hanyalah sebagai pengingat saja bukan sebagai keharusan.

Kelebihan

Novel ini penuh dengan amanat yang dapat kita petik, pelajari dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya, novel ini membahas tentang parenting yang baik, sosok seorang bapak yang baik, arti kekeluargaan yang sesungguhnya, novel ini juga mengajarkan kita arti dari kesabaran, ketulusan, dan kasih sayang. 

Novel ini juga memiliki alur menarik dan tata bahasa yang mudah dipahami karena menggunakan bahasa sehari–hari. Ukuran buku dan jenis kertas yang terasa ringan membuat pembaca nyaman. Desain sampul dan tata letak buku juga menarik membuat pembaca semakin betah membaca novel ini berlama–lama.

Kekurangan

Ukuran font yang digunakan sedikit kecil, sehingga agak sulit untuk dibaca dan membuat mata pembaca lebih cepat lelah.

Rekomendasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun