Mohon tunggu...
AYLA AZZAHRA
AYLA AZZAHRA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

SMAIT Nurul Fajri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Lompat Batu/Fahombo Nias (Melompati Batu Setinggi 2 Meter)

7 Agustus 2024   16:50 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:55 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lompat Batu (Nias: fahombo atau hombo: batu) adalah salah satu budaya yang sudah mendunia dan dikenal banyak orang.  Tradisi lompat batu berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Tradisi ini biasanya hanya dilakukan oleh laki-laki. Tradisi ini sebelumnya merupakan ritual pendewasaan yang banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut. Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk menunjukkan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik. Selain ditampilkan sebagai acara adat, tradisi Lompat Batu ini juga bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana.


Tradisi Lompat Batu telah berlangsung berabad-abad yang lalu. Tradisi ini dilestarikan bersama budaya Megalitikum di pulau seluas 5.625 km  yang berpenduduk 700.000 jiwa dan di kelilingi Samudera Hindia. Tradisi Fahombo diwariskan secara turun-temurun pada anak laki-laki. Namun, tidak semua anak laki-laki sanggup melakukan tradisi ini, meskipun mereka telah dilatih sejak kecil. Masyarakat Nias percaya bahwa selain latihan ada unsur magis dari roh leluhur untuk seseorang yang berhasil melompati batu dengan sempurna.


Awalnya, tradisi lompat batu berasal dari kebiasaan berperang antar desa suku-suku di pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang. Dahulu, suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, pembatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa lalu membentengi wilayah dengan batu atau bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang.


Tradisi ini bisa ditemukan di Desa Bawomataluo. Desa Bawomataluo adalah salah satu desa adat di Kabupaten Nias Selatan yang sangat kental dengan Tradisi Lompat Batu. Bawomataluo, dalam bahasa Nias, berarti bukit matahari. Sesuai dengan letaknya yang berada di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut, dibangun berabad-abad lalu.


Batu yang harus dilompati dalam Fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar sekitar 1 meter, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat. Jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi Fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.


Seiring perkembangan zaman, budaya dan adat istiadat pun mulai pudar, oleh sebab itu diharapkan kepada pemerintah bersama-sama dengan masyarakat untuk lebih giat lagi dalam melestarikan budaya Lompat Batu Nias ini supaya budaya Lompat Batu Nias ini tidak terhapus oleh globalisasi dan perkembangan zaman yang sangat pesat saat ini. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tradisi ini juga memiliki risiko dan bahaya. Lompat Batu memiliki risiko cedera serius atau bahkan kematian jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan persiapan yang tepat. Oleh karena itu, keamanan menjadi hal yang sangat penting dalam melaksanakan tradisi Lompat Batu di Nias.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun