Mohon tunggu...
Ayi Purwati
Ayi Purwati Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Remaja dan Rokok

11 Mei 2013   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekumpulan anak muda berkumpul, nongkrong nongkrong bahasa gaulnya dalam suatu komunitas merupakan hal lumrah yang terjadi dewasa ini. Ini timbul akibat perkembangan hormon remaja yang semakin menggebu-gebu dalam diri mereka, jiwa muda mereka bergejolak dan memaksa mereka harus berbaur dan berkumpul bersama teman sebayanya.
Masa remaja adalah masa transisi, masa peralihan dimana anak-anak akan tumbuh kembang menjadi dewasa, masa dimana mereka ingin menemukan jati diri yang sebenarnya. Namun justru masa remaja inilah yang paling harus diwaspadai karena pada fase inilah emosi dan pemikiran mereka masih cenderung labil dan mudah terpengaruh hal-hal yang mereka anggap menarik ataupun keren. Bahkan masa ini juga bisa disebut sebagai masa coba-coba, mereka akan mencoba hal baru yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan sewaktu masih dalam masa anak-anak. Namun justru hal coba-coba inilah yang banyak mendatangkan masalah terhadap perkembangan psikis maupun pemikiran remaja tersebut. Ambil contoh pada masa remaja ini mereka sudah mulai mengenal apa itu rokok. Bagi orang tua merokok merupakan hal yang biasa, namun bila dilakukan oleh anak-anak muda akan terkesan keren. Itulah yang ada didalam pikiran para remaja, sesuatu yang dianggap tidak boleh dilakukan akan menjadi terlihat keren bila mereka melakukannya. Terjadilah apa yang namanya remaja merokok, dari yang awalnya hanya sekedar untuk gaya gayaan yang nantinya akan disebut keren hingga pada akhirnya ada yang sampai ketagihan dan sulit untuk berhenti merokok.
Merokok ini sebenarnya bisa dikatakan sebagai "lambang kedewasaan",kamu belum dewasa kalau merokok saja belum pernah. Hal inilah yang menimbulkan dorongan dalam diri remaja untuk mencobanya. Remaja ingin membuktikan kalau mereka bukanlah anak-anak lagi. Selain mudah didapat, harga rokok yang masih dalam jangkauan kantong pelajarpun menjadi faktor maraknya para remaja merokok. Walaupun sudah ada himbauan kalau rokok tidak untuk anak dibawah 17 tahun namun itu saja belum cukup menekan peredaran rokok dikalangan remaja. Para penjual rokok bahkan seolah tidak memperdulikan larangan ini, padahal jelas sekali kalau tindakan mereka ini sama saja ikut merusak generasi penerus bangsa. Tanpa disadari Media memegang peran penting terhadap perkembangan para remaja untuk mengkonsumsi rokok. Kita lihat saja di setiap acara yang ada di televisi terutama acara-acara olahraga pasti terselip iklan rokok disaat jeda tayangnya, walaupun sekarang iklan rokok tidak boleh tayang dalam media televisi bila belum diatas jam 10 malam. Tapi tetap saja itu tidak bisa mencegah para remaja, yang kebanyakan memang penggemar acara olahraga ini mendapatkan informasi mengenai rokok tersebut. Pertumbuhan mini market yang pesat, khususnya dikalangan kota besar seperti Jogjakarta tempat saya menimba ilmu sekarang bahkan kampung halaman saya juga ikut mendukung penyebaran rokok di kalangan pelajar. Warung-warung kecilpun juga tak ketinggalan, mereka seolah menutup mata bila ada dari kalangan pelajar yang membeli rokok di warung mereka. Ini terjadi karena bagi warung kecil seperti itu, rokok justru jadi ujung tombak jualan mereka yang laris manis di lingkungan sekitar entah pembelinya orang dewasa atau pelajar. Itu karena rokok sendiri merupakan barang yang sangat ekonomis, barang dengan perputaran modal yang paling cepat kembalinya. Ya menurut saya, sekolah harus berperan penuh terhadap pencegahan kebiasaan merokok dikalangan siswanya. Harus diadakan semacam kegiatan penyuluhan yang melibatkan siswa dengan institusi-institusi terkait agar siswa mendapatkan informasi yang benar dan bermanfaat tentang bagaimana menghindari rokok. Dan jangan lupa untuk ditekankan kepada para siswa kalau rokok itu adalah pintu masuk bagi narkotika, jadi biar siswa tahu sekali mencoba rokok maka akan berlanjut mencoba narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya. Sekian semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun