Di Jateng, dalam beberapa kali survei yang dikeluarkan menjelang hari H, pasangan Ganjar-Taj Yasin bahkan disebut tak terbendung.Â
Lingkarang Survei Kebijakan Publik (LSKP) LSI dalam dua kali rilis yang mereka keluarkan, elektabilitas Ganjar-Taj Yasin mencapai angka 54 persen. Angka itu jauh di atas Sudirman Said-Ida Fauziyah yang hanya 13 persen.
Bahkan Charta Politika merilis angka elektabilitas Ganjar-Taj Yasin berada di angka 70,5 persen. Jauh di atas elektabilitas Said-Ida yang hanya 13,6 persen. Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politik menyebut ada kejomplangan pada elektabilitas kedua paslon cagub cawagub di Jateng.
Namun, lagi-lagi rilis kedua lembaga survey itu tak sepenuhnya benar dari hasil rekapitulasi yang dikeluarkan KPU usai pemilihan. Sudirman-Ida memang kalah, tapi perolehan suaranya jauh melebihi dari prediksi dua lembaga survei yang memprediksi pasangan itu yang tak beranjak dari angka 13 persen.
Rekapitulasi resmi KPU, mencatat perolehan Said-Ida hingga mencapai angka 41,22 persen atau 7.267.993 suara. Jauh dari angka survei mereka yang hanya 13 persen.Â
Menang Survei, anda masih bisa Kalah
Melihat beberapa kasus di atas, hasil survei tak selalu berbanding lurus dengan hasil rekapitulasi KPU pada kontestasi pemilu di beberapa daerah.Â
Di Jateng, kita bahkan bisa melihat angka fantastis dari elektabilitas pasangan Ganjar-Taj Yasin, bahkan hanya selisih tak lebih dari 10 persen. Padahal sebelumnya, hasil survei Charta Politik menyebut elektabilitas Ganjar-Taj Yasin berada di angka 70 persen.
Di DKI, Anis-Sandi yang pada putaran pertama selalu berada di urutan ketiga berdasarkan hasil survei, ternyata mampu masuk putaran ke dua, bahkan hingga melampaui perolehan suara Ahok-Djarot pada putaran kedua. Sebaliknya elektabilitas Agus-Sylvi yang digadang-gadang sebagai calon kejutan turun jauh dari elektabilitas yang mereka peroleh dari hasil survei.
Begitu pula di Jabar, pasangan Sudrajat-Syaikhu yang angka elektabilitasnya tak beranjak dari angka 7 persen berdasarkan hasil survei, melesat begitu jauh mengalahkan Dedi-Dedy, dan hanya kalah tipis oleh Ridwan-Uu.
Begitu pula dengan Pilkada 2020 sekarang. Meski semua lembaga survei, menyatakan bahwa elektabilitas kandidat tertentu unggul atas pasangan lain, bukan tidak mungkin yang menang survei mereka akan terjerembab, dan masuk dalam jurang kekalahan pada politik elektoral.Â