Di suatu ceramah tarawih yang saya dengar beberapa hari yang lalu, dibahaslah pembahasan mengenai hati. Akan pentingnya menjaga hati. Sang penceramah menganalogikan kalau hati ibarat danau. Sedangkan mata, hidung, telinga, mulut, lidah, tangan, prasangka dan pikiran kita adalah sungai-sungai yang mengalir ke danau itu.
Seperti yang kita tahu, pada awalnya sungai dialiri oleh air yang bersih dan bening. Hingga ia mengalir melewati beberapa tempat. Bila tempat yang ia lewati terjaga kebersihannya, maka sungai itu akan terus bersih hingga mencapai danau. Tapi bila di suatu tempat ada sesuatu yang mengotorinya, maka air sungai itu akan menjadi kotor, dan air kotor ini akan terbawa hingga ke danau.
Pada awalnya mungkin air danau tidak akan mendapat efek apa-apa. Tapi bila air sungai yang mengalirinya terus menerus membawa air kotor, maka lama kelamaan air danau itu pun akan menjadi kotor. Bila air danau itu kotor maka akan banyak hal-hal buruk yang terjadi, mulai dari rusaknya ekosistem yang ada, hilangnya nilai estetika di danau itu, hingga bau busuk yang menyengat disekitarnya. Selain itu, danau yang kotor itu bila tidak dilakukan pembenahan, maka bisa menyebabkan masalah di lingkungan sekitarnya, seperti banjir, hilangnya mata pencaharian nelayan, pencemaran air tanah, hingga resiko keracunan.
Sungguh sangat berbahaya kan?
Itulah kawan, bagaimana pentingnya menjaga hati.
Bila seorang manusia sering melihat hal-hal yang tidak pantas dilihat setiap hari, maka rusaklah hatinya...
Bila seorang manusia sering mendengar hal yang tidak diperbolehkan, maka rusaklah hatinya...
Bila seorang manusia suka berpikir yang negatif, jorok, kotor, maka rusaklah hatinya...
Bila seorang manusia suka berprasangka jelek atau negatif, maka rusaklah hatinya...
Bila manusia suka berbicara buruk, kasar, berbohong, maka akan rusaklah hatinya...