Bagi saya memberi sedekah di jalan sah-sah saja. Tidak perlu diperdebatkan dan tidak semestinya diperdebatkan. Sedekah merupakan salah satu bentuk ibadah manusia kepada Tuhannya. Dalam islam sendiri, sedekah masuk ke rukun islam yang keempat. Meskipun kosa katanya adalah zakat, tapi sedekah adalah bagian dari zakat. Saya masih bingung salah di bagian mananya dari memberi sedekah di jalan. Karena ya, gak ada salah-salahnya menurut saya. Sedekah itu harus berdasarkan kerelaan orang yang memberi dan penerimaan dari orang yang menerima. Bila orang mau memberikan sedekahnya kepada orang lain, dan kebetulan orang tersebut memang pantas menerimanya, lalu kenapa harus diperdebatkan?
Bila membaca asal usul dari pelarangan memberi sedekah di jalan adalah disebabkan karena peminta-minta (pengemis) di jalanan banyak mengganggu ketertiban umum. Kemudian alasan selanjutnya adalah banyak pengemis yang menipu. Jadi sebenarnya ia hanyalah pura-pura sakit, pura-pura cacat, pura-pura jadi gelandangan dan lainnya. Gara-gara itu, bahkan sampai ada menteri yang merekomendasikan agar lebih baik bersedekah di lembaga penyalur amal/zakat saja bila dibanding bersedekah di jalan.
Memang beberapa waktu yang lalu pernah ditemukan seorang pengemis yang mengantongi banyak uang. Bahkan setelah ditelusur ternyata ia merupakan orang yang berada di kampungnya. Ia punya mobil, rumah dan harta yang banyak. Tapi apakah pantas bila kita menggenaralisir bahwa seluruh pengemis adalah penipu? Apakah pantas bila kita menggeneralisir bahwa semua pengemis adalah pendusta?
Saya kira bersedekah boleh dimana saja. Termasuk di jalanan. Cobalah untuk melihat realita yang ada saat ini. Hampir setiap hari saya melaju dari Jakarta-Cibinong menggunakan motor untuk bekerja. Biasanya di lampu-lampu merah area depok, masih ditemukan adanya peminta-minta dijalanan. Pengemis ini akan beraksi ketika lampu lalu lintas bewarna merah. Lantas dari semua pengendara yang berhenti akibat lampu merah apakah mereka bersedekah semua kepada pengemis yang ada? Sudah jelas tidak. Paling hanya beberapa orang saja yang akan memberi. Sisanya ya diam-diam saja.
Saya kira setiap orang punya klasifikasinya sendiri dalam hal bersedekah. Saya yakin setiap orang punya kriteria tertentu dalam bersedekah, mulai dari kriteria orang, waktu dan tempat. Kasus ada orang yang bersedekah dan ada yang tidak ketika berjumpa pengemis di lampu merah adalah buktinya. Sebagaian besar orang disana mungkin berpikir bahwa pengemis tersebut bukan orang yang tepat untuk disedekahi, atau saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bersedekah atau dilampu merah ini bukanlah tempat yang tepat untuk bersedekah. Tapi meskipun begitu ada sebagian orang lagi yang tidak berpikir demikian, sehingga ia memberikan uangnya untuk sedekah ke pengemis itu.
Yang penting dari bersedekah adalah niat tulus si pemberi. Perihal hal-hal lain setelah sedekahnya sudah diterima si pengemis tentu orang itu tidak akan tahu. Mau diapakan uang itu, mau dibagaimanakan uang itu, atau mau seperti apa si pengemis itu aslnya, ya sudah bukan urusan si pemberi lagi. Karena ya, si pemberi hanya melakukan ibadahnya. Sudah sampai disitu saja. Makanya saya tekankan diatas, biasanya setiap orang punya kriteria tertentu dalam bersedekah. Buat orang-orang yang suka bersedekah di jalan, ya mungkin memang itulah kriterianya. Ya memang itu lagi momennya.
Memberi sedekah di jalan tidaklah perlu untuk diperdebatkan. Karena aktivitas sedekah akan kembali lagi kepada objek yang bersangkutan. Yaitu si pemberi. Apakah ia mau memberi atau tidak. Sudah. Begitu saja. Makanya daripada mendebat soal boleh tidaknya, bagus tidaknya bersedekah di jalan, ada baiknya kita lebih menyoal pada amalan sedekah diri sendiri saja. Sudah bersedekahkah kamu hari ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H