Beberapa waktu lalu pernah ditemukan bangkai paus mati di salah satu pulau Indonesia. Alangkah terkejutnya tim otopsi paus saat mereka menemukan sampah plastik dalam jumlah besar di dalam tubuh paus tersebut. Mereka memperkirakan bahwa penyebab kematian paus ini adalah karena sampah plastik yang ia konsumsi. Kejadian ini sungguh miris sekali dan menjadi ironi tersendiri.
Bagaimana mungkin makhluk yang tidak pernah menggunakan dan memproduksi plastik selama hidupnya, malah mati akibat benda itu. Bukannya bila mengikuti nalar harusnya manusia yang bakal mati karena plastik? Karena ialah yang menggunakan plastik selama hidupnya. Bukan malah paus, yang bahkan ia tidak mengerti definisi dari plastik itu sendiri. Bukannya harusnya begitu?
Sekitar satu bulan yang lalu, Jakarta kembali dihantam oleh bencana banjir lagi. Bila kamu membaca berita, atau menontonnya di tv/youtube kamu akan melihat bagaimana menumpuknya sampah di Bendungan Manggarai. Sampah yang menumpuk disana kabarnya hingga berton-ton banyaknya. Bila kamu cermati lebih detail lagi, sebagian besar sampah disana adalah sampah plastik.
Darimana sampah plastik itu berasal? Tentu saja dari manusia jawabannya. Seringkali banjir terjadi akibat saluran air yang tersumbat sampah-sampah. Memang, penyebab banjir di Jakarta kemarin adalah akibat banjir kiriman dari hulu. Namun kenapa banjir kiriman itu tidak hanya berupa air saja? Mengapa adapula campuran sampah disana?
Lalu saya pernah membaca sebuah postingan di media sosial, tentang penemuan sebuah kemasan mie instant di laut. Uniknya kemasan mie instant itu merupakan sebuah kemasan spesial untuk memperingati hari ulang tahun Indonesia yang ke 55 tahun. Luar biasa. Itu berarti mie instant tersebut diproduksi sekitar 19 tahun yang lalu. Lebih luar biasanya lagi, kemasan tersebut ternyata masih utuh hingga saat ini. Miris. Miris sekali.
Hal ini membuktikan bahwa sampah plastik sangatlah berbahaya buat lingkungan. Semua pasti tahu, kalau sampah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai. Namun bila di waktu 19 tahun lamanya saja plastik belum juga terurai, lalu butuh waktu berapa tahun lagi? 50 tahun kah? 1 abad kah?
Tiga cerita diatas hanyalah sekelumit kecil dari masalah plastik yang ada. Masalah plastik memang masalah yang kompleks. Kita semua tahu dan merasakan bagaimana terbantunya kehidupan kita akibat plastik. Kita semua juga tau bagaimana ergonomis dan ekonomisnya plastik di hidup kita. Tapi dengan berbagai masalah yang ada akibat penggunaan plastik yang tidak bertangung jawab, masihkah kita mau peduli akan kebijaksanaan dalam menggunakan plastik? Tentu jawabannya hanya ada di dalam diri masing-masing. Tapi saya kira ada baiknya mulai saat ini kita mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan tidak membuangnya sembarangan.
Di bulan puasa seperti ini, konsumsi plastik mungkin akan meningkat banyak. Intensitas penggunaan plastik akan semakin besar di bulan ini, karena ada banyak aktivitas yang memicu kita untuk menggunakan plastik, khususnya plastik sekali pakai. Seperti berbelanja makanan, berbelanja baju, membeli oleh-oleh, mudik, mempersiapkan lebaran dan lain sebagainya.
Makanya, bila kamu ingin memulai mengurangi penggunaan plastik, saya kira sangat tepat bila memulainya di bulan puasa. Ini bisa menjadi challenge tersendiri. Dengan banyaknya aktivitas di bulan ramadhan, alangkah baiknya bila kita juga mulai membiasakan untuk menggunakan goodie bag sebagai pengganti plastik sekali pakai dalam menunjang aktivitas kita sehari-hari. Hal-hal kecil seperti ini memang tidaklah bisa membuat persoalan sampah plastik menjadi selesai, tapi dengan begini, setidaknya kamu sudah mulai lebih peduli lagi dengan alam dan dirimu sendiri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H