Mohon tunggu...
Ayik H. Arif
Ayik H. Arif Mohon Tunggu... wiraswasta -

Your Creative Partner

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Terima Kasih, Mas Budi

7 Februari 2012   16:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Awalnya, saya tak mengerti betul tentang sistem injeksi yang ada pada beberapa motor yang kerap kali ditampilkan oleh iklan-iklan televisi. Padahal, seperti yang saya ketahui (selanjutnya) dari teman saya Hajar-yang seorang Ketua Karang Taruna, sistem ini telah ada sejak tahun 80-an.

Kisah dimana saya mendapatkan semacam “piwulang” tentang sistem injeksi pada sebuah motor adalah ketika pada siang hari di awal bulan Januari 2012, ketika itu seperti biasa saya dan beberapa teman Karang Taruna Bintang Timur Desa Kertosari tengah membincang agenda kegiatan Sekolah Lingkungan bersama-sama pemuda lintas Desa di Kecamatan Purwosari. Maklum, hampir genap satu tahun saya berintegrasi dengan pemuda-pemuda Desa Kertosari. Selama itu pula, saya dan pengurus Karang Taruna mengadakan pola pemberdayaan dan pengembangan masyarakat berbasis komunitas, kami menyebutnya Community Learning Center.

Siang itu, saya bersama Hajar, Lukman, Bowo dan sifak (semuanya adalah pemuda Kertosari) berada di pelataran rumah Hajar. Kami berlima membincang agenda rencana akhir bulan Februari untuk kegiatan rutin diskusi lintas remaja dan pemuda berkaitan dengan Sekolah Lingkungan serta Sekolah Sahabat Mata Air. Tiba-tiba, kami dikejutkan oleh suara motor Yamah Vixion yang melintas di jalan depan rumah Hajar. Entah, naluri apa yang membawa saya untuk secara langsung mengeluarkan pertanyaan, “Wussshhh, fuel injection rek, Jar sak jane opo tho sing dimaksud fuel enjection iku” (Jar, sebenarnya apa yang dimaksud full injeksi itu?)

“Intinya, mesin motor yang tidak lagi menggunakan sistem karburator (pada umumnya) dalam melakukan pembakarannya”, jawab Hajar sekenanya.

“Lho, lah terus pakai apa donk?”, sahut Lukman. “Apa ada semacam hal-hal yang berbau otomatis”, tambah Lukman.

“Kalau saya jelaskan dengan “bahasa bengkel”, nanti terlalu panjang. Jadi, mending kita tak perlu membahas sistem injeksi dulu lah”, Hajar mencoba untuk berkomentar.

“Sebentar, sebentar, agaknya ini menarik. Karena, kalau saya ndak salah dengar, sistem injeksi motor itu ada kaitan dengan ramah lingkungan??”, sahut Sifak.

“Kayaknya sih memang begitu, Fak” jawab saya.

“Lha, terus apa hubungannya dengan agenda kita?. Mending kita rapatkan rencana untuk bulan depan biar makin mantab acara kita!”, sahut Hajar.

Belum sempat saya memberikan usulan selanjutnya, tiba-tiba Hajar agaknya “terpana” melihat Mas Budi lengkap dengan seragam teknisi Yamaha yang mengendarai motor Vega ZR. Seketika itu, Hajar menghentikan laju motor Mas Budi yang melintas di jalan. Mas Budi adalah tetangga Hajar yang bekerja sebagai Teknisi di salah satu Dealer Resmi Yamaha di Malang.

Tidak berapa lama kemudian, Mas Budi bergabung dengan kami. Dan agaknya Hajar telah berhasil untuk secara sekilas Mas Budi menjelaskan sistem injeksi pada motor yang sempat jadi bahan diskusi saya dan teman-teman yang lainnya. Dengan wajah yang murah senyum, dan logat bahasa yang kalem serta lembut (khas pembawaan orang asli Malang), Mas Budi mencoba untuk sedikit membahasnya.

“Sistem injeksi adalah dengan cara menyuntikkan bahan bakar langsung ke ruang bakar yang dikontrol oleh Electronic Control Unit (ECU) sebagai otaknya yang memiliki sensor bertugas memberikan informasi tentang kondisi dan operasi beban mesin kepada ECU sebelum menyemprotkan BBM”, ungkap Mas Budi dengan bahasa teknisinya.

Terus terang saya dan termasuk yang lainnya, agaknya sedikit kesulitan untuk mencerna penjelasan dari Mas Budi. Melihat kondisi ini, Mas Budi langsung menjelaskan beberapa contoh perbedaan dari segi kelemahan dan kebaikan dari sistem injeksi.

Mas Budi menjelaskan, “Motor dengan sistem injeksi akan memiliki kelebihan-kelebihan, seperti; tarikan lebih responsif; hemat bahan bakar; campuran udara dan bensin selalu akurat; mesin mudah dihidupkan; ramah lingkungan; perawatannya mudah, dan lain sebagainya”.

“Kenapa kok bias ramah lingkungan, mas?”, selidik Sifak.

Pada knalpot motor dengan sistem injeksi biasanya di lengkapi catalytics converter (CC), sistem ini akan merubah zat zat hasil pembakaran yang berbahaya menjadi zat yang lebih ramah ligkungan atau dengan menggunakan sistem sensor O2”, jawab Mas Budi.

“Kalau yang dimaksud dengan akurat, itu gimana mas?”, Tanya Lukman.

Pada motor dengan sistem injeksi, volume penyemprotan bensin selalu akurat karena dikontrol oleh ECU tadi yang sesuai dengan masukan sensor-sensor yang bertebaran di sekujur mesin. Seperti sensor rpm, jumlah udara masuk, posisi katup gas hingga kondisi cuaca di sekitar mesin. Hal ini juga yang membuat motor dengan sistem injeksi membuat penggunana bahan bakar menjadi lebih efisien alias hemat”, urai Mas Budi.

“Namun, selain memiliki kelebihan, motor dengan sistem injeksi juga mempunyai kelemahan, seperti, sensitif terhadap kualitas bahan bakar dan kelistrikan; perawatan harus di bengkel khusus; harga spare part lebih mahal; untuk memodifikasi juga mahal”, imbuh Mas Budi.

Dari beberapa perbincangan kami, ternyata Mas Budi sangat menikmatinya, begitu juga dengan kami berlima. Tutur kata yang jelas, dan ramah dalam setiap menanggapi pertanyaan-pertanyaan kami yang memang agaknya “minim” pengetahuan tentang motor terutama sistem injeksi, membuat saya berani memberikan benang merah alias kesimpulan, bahwa teknisi Yamaha memang dilatih untuk hal ini!. Keramahan Mas Budi sepertinya mampu memproyeksikan sebagaimana keramahan motor dengan sistem injeksi.

“Bulan depan, Yamaha juga akan mengeluarkan produksi motor-motonya yang menggunakan sistem injeksi. Generasi mio selanjutnya”, imbuh Mas Budi.

***

Dengan tanpa panjang lebar lagi, Hajar sang Ketua Karang Taruna bermaksud merencanakan materi pengetahuan tentang ‘motor sistem injeksi’ pada agenda Sekolah Lingkungan dan Sekolah Sahabat Mata Air yang biasanya rutin di gelar di Balai Diklat Randuwana, yaitu Balai diklat milik Pemerintah Desa Kertosari.

Dan, Mas Budi pun sanggup serta bersedia untuk dijadikan instruktur materi tentang sistem injeksi. Beliau (Mas Budi) memberikan saran juga untuk menggandeng teknisi-teknisi Yamaha lainnya yang berada di Dealer Sari Motor (sebuah dealer resmi Yamaha) yang berada di Desa Kertosari (Jl. Raya Surabaya–Malang KM.62)

Alhasil, saya dan mungkin juga teman-teman Karang Taruna Desa Kertosari lainnya, merasakan memiliki “power”yang lebih maksimal, jika melihat dukungan-dukungan yang beberapa pihak (termasuk Mas Budi) untuk dapat ‘dengan sungguh-sunggu’ mengembangkan dan memberdayakan remaja serta pemuda desa sebagai bagian dari persiapan SDM menuju realisasi Desa Wisata Kertosari.

Akhirnya, terimakasih Mas Budi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun