Mohon tunggu...
Ayik H. Arif
Ayik H. Arif Mohon Tunggu... wiraswasta -

Your Creative Partner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ini Pesan Wagub Emil Saat Berkunjung ke Desa Wisata Kertosari

7 April 2019   21:26 Diperbarui: 7 April 2019   21:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kunjungannya ke Desa Wisata Kertosari, Kecamatan Purwosari, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengajak untuk bergandeng tangan mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis sumber daya manusia (SDM) atau knowledge based economic.
Kehadiran Emil di Randuwana Learning Center itu, dalam rangka peletakan batu pertama pembangunan rumah pemberdayaan Aisyiyah Training Center (ATC) yang berada di sebelah barat Randuwana, salah satu destinasi wisata Desa Kertosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (6/4/19).

Emil mengatakan, indeks pembangunan manusia (IPM) di Jatim saat ini masih terbilang rendah karena menduduki peringkat ke-15 dari 34 Provinsi se-Indonesia. Sementara, pertumbahan ekonomi Jatim sangat baik karena masuk di urutan nomor dua. "Ini menunjukkan pengembangan ekonomi berbasis SDM masih rendah di Jatim," katanya.

Mantan Bupati Trenggalek itu melanjutkan, Jatim juga menyumbang sepertiga devisa negara dari sektor migas. "Mungkin kita masih tertolong karena itu," terangnya.

Emil menyebutkan, perkembangan industri di Jatim juga terbilang bagus. Hanya saja, komposisi industri masih didominasi industri makanan-minuman sebesar 30 persen, dan 37 persen dari tembakau. "Sektor ini memiliki resiko untuk turun. Dan, inilah resiko yang harus kita antisipasi," terangnya.

Maka, kata dia, tantangan Jatim ke depan adalah bisa membuat pertumbuhan ekonomi yang membawa sumber kemakmuran bagi masyarakat. "Kita harus berfikir jauh ke depan. Jangan kita berkutat pada sesuatu yang urgent dan penting. Tapi kita harus menangani yang penting, meski belum urgen," urainya.

Sehingga, ia melanjutkan, Jatim sejatinya membutuhkan diversifikasi industri. Yakni, industri yang tidak hanya berbasis dan bertumpu pada kekayaan sumber daya alam (SDA) karena itu sangat terbatas.

"Kalau Jatim terus mengandalkan industri yang mengolah SDA primer, maka kita akan kekurangan bahan baku. Sebab, luar Jatim sudah mulai mengembangkan itu," jelasnya.

Ia lalu mencontohkan ekonomi Jepang yang menghasilkan pemasukan USD 5 triliun, misalnya, komposisi ekonominya ditopang dari sektor pertanian hanya 1 persen. Lalu, 30 persen dari sektor industri dan 69 persen dari sektor jasa maupun perdagangan.

"Pabriknya bisa saja dibuka di Indonesia, tapi research and development serta investasinya dimodali dari Jepang sehingga dana tersebut masuk ke Jepang dan dicatat sebagai pendatapan dari sektor jasa keuangan dan jasa teknologi. Itu yang menyumbang 69 persen ekonomi jepang sehingga devisanya lima kali lebih besar dari Indonesia," urainya.

Ia menegaskan, itu artinya pengembangan knowledge based economic menjadi sangat penting. Pun demikian dengan peningkatan IPM di Jatim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun