“Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang akan kamu temui disini”. Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila. Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Betapa tidak?!! Saat itu usia sahabat Utsman sekitar 80-an dan Naila belum genap 20-an tahun. Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya. Ya, itu lah cinta dan beginilah seharusnya cinta… Cinta adalah kata lain dari memberi… Memberi adalah pekerjaan… Pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu adalah pekerjaan berat… Pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu lama… Pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh… Maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia akan mengatakan, “Aku mencintaimu”. Kepada siapa pun! Sebab itu adalah keputusan besar…
***
“Tidak ada cinta tanpa kepercayaan”. Begitulah amsal yang berlaku dalam kehidupan di alam semesta ini. Sama seperti halnya ketika suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya, atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi; cinta yang tidak terbukti karena tidak ada kepercayaan. Maka, sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan akan hilang lenyap. Tesis inilah yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya oleh rakyatnya. Ada taruhan kepribadian di saat kita mengungkapkan;”Aku mencintaimu”. Karena ungkapan tersebut adalah ungkapan lain dari, “Aku ingin memberimu sesuatu, aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia, aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin, aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan kulakukan padamu…” Substansi taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita. “Aku mencintaimu”, merupakan deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.
***
“Bagaimanapun takdir takkan pernah tertukar”, percayalah kepada-Nya. Begitulah nasehat yang pernah kami (baca: penulis) terima dan pahami. Maka, apapun definisi, pengertian dan tafsir maupun refrensi anda tentang cinta, pahamilah cinta ke dalam makna yang benar-benar akan membuat anda menjadi jiwa lurus dan memperbaiki kepribadian dari waktu ke waktu. Bukankah Cinta antara jiwa dalam hadist Rasulullah dijelaskan sebagai berikut; “Jiwa-jiwa itu bagaikan tentara-tentara berbaris rapi; Jika saling mengetahui (mempercayai) mereka akan bersatu, dan jika saling mengingkari, mereka akan berpisah”. Namun, berbagai substansi upaya pemaknaan cinta terhadap lawan jenis, maka penulis lebih condong pada tafsir cinta menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, yaitu “Tidak ada cinta sebelum ijab kabul diucapkan”. So, apa tafsir cinta menurut anda??! Wallahua’lam bishowaf…
Ujung Aspal Bangil, 21 Juni 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H