Di mata orang Indonesia, Jepang adalah sebuah negara hebat yang telah menjelma menjadi macan Asia di bidang Teknologi dan Ekonomi.Saat ini Jepang duduk sejajar dengan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, China dan negara maju lainnya., setelah tertidur pulas dalam keterpurukan setelah terjadinya pengeboma Hiroshima dan Nagasaki.
Berawal dari sikap bijak Kaisar Meiji Tenno pasca terjadi pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9Agustus 1945 yang menewaskan lebih dari sejuta penduduk Jepang dan merusak banyak bangunan.Beliau tidak mempermasalahkan berapa banyak kerugian negara yang dialami, tetapi beliau hanya mencari tahu berapa banyak penduduk dengan status pengajar (baca : guru) yang tersisa.Hal ini merupakan awal dari kebangkitan Jepang.Kemudian, Jepang mulai memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan tenaga pengajar yang tersisa saat itu.
Restorasi Meiji yang terjadi pada 1866-1869, menciptakan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang.Semenjak Restorasi Meiji, pemerintah Jepang terus menjalankan kebijakannya yang salah satunya adalah dengan menerjemahkan dan menerbitkan berbagai buku dari luar negeri.
Pada saat itu, para pemudanya dikirim ke luar negeri dengan tujuan untuk mencari ilmu sesuai bidangnya masing-masing dan telah ditanamkan keyakinan dalam jiwa mereka bahwa kelak Jepang akan setara dengan kemajuan dunia Barat.Dengan cara tersebut, Jepang meyakinkan para pemudanya untuk dapat lebih bersemangat menuntut ilmu walapun dengan kondisi yang serba terbatas akibat dari terjadinya pengeboman tersebut demi majunya negara Jepang.
Dalam upaya mencapai kemajuan tersebut, pendidikan merupakan aspek penting yang selalu menjadi perhatian pemerintah Jepang.Kemajuan pendidikan inilah
yang berkolerasi dengan kemajuan industri.Diawali dengan penanaman nilai-nilai moral di bangku sekolah hingga akhirnya mempertahankan mentalitas positif masyarakat Jepang sampai saat ini.
Dalam waktu 30 tahun, sejak Restorasi Meiji, Jepang berhasil mengubah wajahnya menjadi negara maju.Kemajuan Jepang juga tidak terlepas dari mental bangsa Jepang yang telah terbentuk oleh prinsip Bushido yang menekankan pentingnya kerja keras, kejujuran, loyalitas kepada pemimpin, kerjasama (team work), tidak egois, tanggung jawab dan rasa malu.
Mental kerja keras merupakan salah satu pendorong tercapainya kemakmuran dan kemajuan Jepang.Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.Seorang pegawai di Jepang dapat menghasilkan mobil dalam waktu 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain membutuhkaan waktu 47 hari untuk menghasilkan mobil dengan kualitas yang sama.Selain itu, seorang pekerja di Jepang dapat menyelesaikan pekerjaan yang biasanya dilakukan 5 - 6 orang dan mungkin fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) hanya ada di negara Jepang.
Sikap malu bangsa Jepang merupakan budaya luhur dan turun temurun bangsa Jepang.Harakiri(bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era Samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran.Kemudian karena sikap malu jugalah,orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan.Mereka juga malu jika melanggar peraturan ataupun norma yang telah menjadi kesepakatan umum.Selain itu, budaya Jepang juga sangat mengutamakan kerja kelompok dan menyingkirkan sikap individualistis.Bangsa
Jepang juga selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” yang merupakan salah satu ritual dalam kelompok.
Budaya hidup hemat orang Jepang juga tidak kalah penting.Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai kehidupan. Banyak keluarga di Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak memiliki uang untuk membelinya melainkan karena lebih hemat naik kereta atau bus. Contoh nyata lainnya adalah Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20.00 dan akan memberikan diskon 50% dari harga barang setengah jam sebelum tutup, sehingga banyak orang Jepang yang berbelanja pada pukul 19.30, hanyauntuk mendapatkan harga yang murah.
Sikap Loyalitas bangsa Jepang membuat sistem karir di perusahan berjalan dan tertata dengan rapi.Sedikit berbeda dengan sistem karir di Amerika dan Eropa, sangat jarang sekali orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan, mereka fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan.Kota Hofu adalah salah satu contoh nyata. Dulu, Hofu merupakan salah satu kota industri sangat tertinggal di Jepang.Namun, karena keteguhan hati penduduk dan komitmen bersama untuk tetap bekerja keras di kota tersebut, membuat kota Hofu menjadi kota industri terbaik dengan produksi kendaraan kurang lebih mencapai 160.000 per tahun.
Jepang bukanlah negara penemu, melainkan bangsa Jepang memiliki kelebihan meracik temuan orang dan memasarkannya sesuai dengan yang diminati masyarakat.Teknik perakitan roda empat juga bukanlah ide orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika.Tapi ternyata bangsa Jepang mampu menginovasinya sehingga menghasilkan kendaraan roda empat dengan keunggulan lebih murah, hemat bahan bakar, mudah dikendarai dan mudah dirawat.Contoh lainnya, Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita” (peniru) memiliki sejarah tersendiri tentang mesin pembuat rotinya.Berawal dari seorang engineer, Ikuko Tanaka, yang berinisiatif
untuk meniru teknik pembuatan roti dari Sheef di Osaka International Hotel dan kemudian menginovasinya sehingga menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) yang bermerk Matsushita yang terkenal itu.
Sejarah juga mencatat bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah.Puluhan tahun di bawah kekaisaran Tokugawa, yang menutup semua akses ke luar negeri membuat negara Jepang tertinggal sangat jauh dari negara lain terutama dalam bidang teknologi.Ketika Restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan segera menjadi fast-learner.Jepang juga sempat menjadi negara pengimpor minyak bumi, batu bara, biji besi dan kayu, bahkan 85 % sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk negara kita, Indonesia.Kabarnya, apabila Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30 % wilayah Jepang akan gelap gulita.
Rentetan bencana yang terjadi pada tahun 1945, dimulai dari terjadinya pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalahnya Jepang dalamperang dunia kedua dan terjadinya gempa besar di Tokyo.Keadaan yang mereka rasakan pada saat itu, lebih buruk dari apa yang bangsa Indonesia rasakan setelah kemerdekaan pada periode waktu yang sama.Tapi ternyata dari bencana yang menimpa tersebut, tidak membuat Jepang hilang harapan dan menyerah.Beberapa tahun berikutnya, tenyata Jepang telah mampu memproduksi shinkunshen (kereta cepat) dan membangun industri otomotif.
Pada saat itu pula, perusahaan-perusahaan di Jepang berusaha memasarkanproduk-produk mereka di pasar Internasional.Akan tetapi, mereka selalu gagal dan kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan Barat yang telah lebih dulu menguasai pasar.Namun, Jepang tidak menyerah begitu saja tetapi segera menyadari kegagalan ini yang ternyata disebabkan oleh rendahnya mutu produk-produk mereka.
Sejak saat itu, semua perusahaan Jepang berusaha sekuat tenaga untuk menjaga mutu produk mereka dan menciptakan metode untuk menjaga mutu produk agar
tetap tinggi.Salah satu langkah yang mereka ambil adalah mendatangkan seorang ahli statistik dan mutu dari Amerika Serikat, A. Deming.Alhasil, berbagai perusahaan di Jepangmemiliki sistem manajemen mutu dan sistem jaringan yang banyak ditiru oleh banyak negara di dunia.Pada Akhirnya, Jepang mampu menguasai pasar Internasional yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan Eropa maupun Amerika Serikat.
Dalam aktivitas produksi pada perusahaan, bangsa Jepang selalu menerapkan prinsip Kanzen.Dalam prinsip Kanzen terdapat beberapa rahasia sukses bangsa Jepang.Tiga elemen kunci pada prinsip kanzen ini adalah kualitas, pengurangan biaya dan pengiriman.Pertama, kualitas tertinggi adalah kualitas yang dapat menyenangkan dan memberikan rasa bangga bagi para pelanggannya.Kedua, dengan perbaikan terus menerus pada proses produksi diharapkan dapat diperoleh efisiensi tinggi (terjadi penghematan karena kurangnya biaya produksi).Ketiga,produk yang bermutu tinggi dan harga yang rendah tetapi tidak sampai pada pelanggan tepat pada waktunya, tidak akan membuat perusahaan menjadi lebih baik.
Awal kebangkitan Jepang dimulai dari keterpurukan akibat terjadinya pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki tepatnya pada tahun 1945, yang pada saat tersebut pula negara Indonesia mulai merasakan kebebasan sebagai negara yag merdeka sebagaimana negara lain rasakan, yaitu terlepas dari penjajahan.
Pada saat itu, kondisi ekonomi bangsa Indonesia masih jauh dari stabil, namun keadaan tersebut jauh lebih baik daripada keadaan yang menimpa Jepang pada tahun yang sama.Jepang lebih merasakan ketidakstabilan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, bahkan pendidikan. Keadaan Jepang tersebut jauh lebih buruk daripada Indonesia, tetapi Jepang memanfaatkan keadaan tersebut menjadi
peluang atau kesempatan untuk bangkit menjadi negara maju yang sejajar dengan negara adi kuasa , yaitu Amerika Serikat.Jepang saat ini telah menjadi macan Asia, negara yang menguasaidunia di bidang Teknologi dan Ekonomi.
Kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya mencontoh sisi positif dari bangsa Jepang tersebut.Walapun berada dalam keadaan serba terbatas, serba kekurangan, kita harus tetap menjadikan segala keterbatasan dan kekurangantersebut sebagai peluang kita untuk sukses dan maju.Sikap tersebut harus dimulai dari diri kita terlebih dahulu, yang notabenenya adalah sebagai mahasiswa, selanjutnya meluas hingga seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya kelak negara tercinta kita, Indonesia, akan menyusul menjadi salah satu diantara negara-negara maju tersebut. SEMANGAT untuk Bangsa INDONESIA !!! Berikan Yang Terbaik untuk bumi pertiwi,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H