SETIAP ketemu teman lama atau baru, kalimat ini yang sering mereka lontarkan, "Nomor Whats App-mu dong?"
Lah, bukankah kepada teman lama aku selalu memberikan nomor handphone-ku? Kepada teman baru aku juga royal memberikan nomor handphone-ku! Bukan apa-apa, aku memang gemar memberikan nomor hp itu, mengingat nomornya yang jadul dan hanya sepuluh nomor. Ini sekaligus tanda bahwa aku sudah lama 'bergaul' dengan yang namanya perangkat canggih setelah telepon, telegram, pager, dan yang sejenis.
Soal nomor Whats App? Ya, di hp yang sama dan aku memang memakai alat komunikasi yang hebat ini! Namun, permintaan mereka tentang nomor WA itu semakin menguatkan dugaanku tentang pentingnya WA.
Faktanya, di beberapa grup WA (WAG) yang aku ikuti diketahui masih banyak yang belum memakai WA. Ambil contoh WAG orangtua murid di mana anakku bersekolah. Dari 30 orang murid, anggotanya hanya 17. Itu pun jika dirunut lucu juga, mengingat enam di antaranya adalah suami-istri. Â Jadi, sebenarnya jika satu murid diwakili satu WA orangtuanya berarti anggota WAG itu hanya 14.
Aku memang tidak berniat ingin tahu, kenapa jumlahnya hanya sedikit? Apa karena orangtua murid yang lain tidak punya hp ber-WA? Atau ketidakpedulian terhadap alat ini?
Namun, dari pengetahuan dan pengalamanku dalam setahun ini WA sangat berperan penting dalam hidup kehidupan keseharian kita. Meski penggunaan terkadang kurang manfaat seperti memasukkan hasil copy paste yang juluran waktunya saja yang berbeda. Dalam hal apa saja. Hingga terkadang ada kejenuhan dalam membuka-buka WAG di mana kita menjadi anggota. Selain isinya kurang bermanfaat ya hanya mengulang-ulang.