Mohon tunggu...
Ayid Suyitno
Ayid Suyitno Mohon Tunggu... -

Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya menjadi Donor Darah di PMI Kramat, Jakarta Pusat. Pernah menjadi guru dan dosen.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Gerahnya Naik Commuter Line dan Perilaku Kurang Elok

9 Maret 2014   15:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SABTU (8/3-2014), bakal menjadi hari yang tak terlupakan dalam hidupku. Betapa tidak, itulah saat di mana aku naik Commuter Line dari Bekasi ke Manggarai, Manggarai menyambung ke Duren Kalibata, dengan gerah yang menyengat tubuh.

Naik commuter line yang ber-ac dan dijamin dingin kok berkeringat? Begitulah kenyataannya!

Penuh sesak penumpang dari manusia usia lanjut (manula) sampai bayi berjejalan di CL jurusan Bekasi-Kota. Dengan para lelaki perempuan muda yang tidak tahu diri, tidak memberikan kesempatan 'golongan yang menjadi prioritas penumpang' untuk duduk. Naif. Inilah Indonesia, negeri yang katanya ramah tamah dan dilandasi etika turun-temurun.

Aku merasakan seperti naik kereta api Jabodetabek yang ekonomi, dengan perjuangan untuk sampai ke tempat yang dituju secara luar biasa. Ajaib. Untuk timbul sebuah pertanyaan: kok sampai ya? Padahal, berjejalannya sungguh luar biasa.

Di CL yang aku naiki itu, untung tidak ada pedagang dan pengamen seperti biasanya menyesaki kereta ekonomi di Jabotabek itu. Justru, karena kenyamanan dan ongkos yang terjangkau lah membuat CL kini menjadi primadona moda transportasi di Jabodetabek.

Bayangkan, dulu, jika aku mau menengok ibuku di Poris Indah, Tangerang, aku butuh Rp 17 ribu. Dari stasiun Bekasi ke stasiun Poris. Dengan perincian: Bekasi-Manggarai, 8 ribu rupiah; Manggarai-Poris, 7 ribu rupiah. Kini, cukup uang Rp 4.500.000 untuk naik CL dari Bekasi-Poris.

Kekuranganajaran para lelaki perempuan yang tampaknya masih sehat wal afiat, namun tidak mau memberikan tempat duduk pada manula, bayi, ibu hamil, anak kecil, orang cacat, memang tidak bisa dibiarkan. Perlu ditempatkan lebih banyak petugas untuk menggebah mereka yang berperilaku kurang elok itu.

Aku berharap gerah hingga berkeringat tak lagi menyergap di CL. Perilaku kurang elok para penumpang 'yang segar bugar' hendaknya terus berkurang, bahkan tidak ada. Kan negeri ini terkenal dengan toleransinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun