Mohon tunggu...
Fariz Huzairi
Fariz Huzairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Untuk keindahan yang tak pernah mati, dan kesetiaan yang meski tak memiliki.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Penantian yang Berujung Maut

23 Desember 2011   04:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam itu aku menyaksikan beberapa bintang

yang kehilangan cahayanya. Di langit,

hujan sempat turun rintik-rintik sesaat,

saat aku terdiam, saat aku merasakan

kesendirianku kelelahan di tengah kesunyian.

Aku masih menantimu.

Aku berharap engkau akan mengakhiri penantian ini,

penantian yang telah membeku dan mencair

melewati musim yang sudah tak terhitung lagi,

aku masih akan menanti jawabanmu.

Saat malam melangkah semakin dalam,

bintang itu hilang. Seperti ada kabut yang menutupi pandanganku,

aku tak dapat lagi melihat apa-apa.

Tanpa sadar ,aku telah melihat ragaku sendiri yang terbaring

tanpa aku.

Karawang, 16 September 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun